Part 13

1.3K 118 2
                                    

"Syukurlah akhirnya kamu pulang!" sambut Raisa di depan pintu bersama dengan Bi Ina.

Ava langsung menghambur ke pelukan sang Mama dan menyembunyikan wajahnya di cerukan leher Raisa. Air matanya menetes lagi.

"Kenapa?" tanya Raisa yang tidak dijawab Ava. Raisa beralih menatap ke arah Azlan yang berdiri tak jauh di belakang Ava.

"Tanya ke Bee sendiri aja, Tan," jawab Azlan saat Raisa melempar pandangan penuh tanya.

"Kenapa? Ada yang salah? Kamu kenapa, Sayang?" tanya Raisa cemas.

Ava menggeleng, "Bee mau masuk aja, Ma."

Melepaskan pelukannya, Ava menggandeng tangan Raisa dan Bi Ina agar ikutan masuk ke dalam rumah.

"Tapi, Azlan–"

Brak!

Pintu ditutup kasar oleh Ava. Tak memedulikan pandangan terkejut kedua orang yang tangannya dia tarik.

"Jangan keluar, Bee mohon. Biarin Ion pulang sekarang," pinta Ava pelan.

"Kalian berantem? Itu kado kamu bahkan belum dikasih," kata Raisa menujuk paperbag di tangan Ava dengan dagunya.

Ava mengikuti arah pandang Raisa lalu terdiam sebentar. Gadis itu membuka pintu lagi dan mendapati Azlan yang sudah berjalan menuju pintu gerbang. Ava melanjutkan langkahnya sampai akhirnya berhasil mengejar Azlan.

"Kado lo!" kata Ava sembari memberikan paperbag di tangannya secara paksa kepada Azlan. Cowok itu terlihat terkejut, entah karena kemunculan Ava atau sikap Ava barusan.

Tanpa menunggu balasan lagi, Ava segera berbalik dan masuk ke rumah. Menutup pintu tanpa menoleh pada Azlan.

***

Pagi-pagi sekali Ava sudah bersiap berangkat sekolah. Dia tidak ingin bertemu Azlan. Rasanya dia masih akan marah kalau kembali melihat wajah Azlan. Marah sekali.

"Udah mau berangkat, Bee?"

Suara dari belakang Ava itu membuatnya menoleh. Raisa muncul dari arah dapur sambil membawa kotak bekal berwarna kuning dan biru di tangannya.

"Hemm," jawab Ava ragu.

"Naik apa?" tanya Raisa sembari menyodorkan kedua kotak bekal di tangannya pada Ava.

"Bus?" balas Ava tak yakin. Menerima kotak bekal berwarna kuning.

"Nggak sama Azlan?"

Ava menggeleng singkat.

"Ini kotak bekal Azlan nggak dibawain sekalian?" tanya Raisa lagi.

Untuk kedua kalinya Ava menggeleng sebagai jawaban.

Raisa tersenyum tipis, "Mama anterin," katanya lalu mengambil sebuah totebag dan memasukkan kotak bekal berwarna biru ke dalamnya.

Keduanya berjalan keluar menuju sebuah honda jazz yang terparkir di carport. Ava hanya menurut saat Raisa menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Setelah menyalakan mesin, mobil itu keluar dari pekarangan dan melaju mulus bersama pengendara lain di jalan raya.

"Mama nggak ngelarang Bee berangkat sendirian?" tanya Ava setelah sejak tadi menyimpan kebingungannya. Maksud sendirian di sini adalah, tidak bersama dengan Azlan.

Ingat kan? Dulu Ava pernah mengatakan. Bahwa Ava diharuskan mengikuti Azlan, bahkan kalau cowok itu berjalan kaki ke sekolah, maka Ava harus ikut. Karenanya melihat sikap Raisa saat ini, membuat Ava kebingungan.

Raisa menoleh dan tersenyum sekilas, "Kayaknya kalian memang lagi ada masalah. Kenapa Bee? Kamu pulang malam dan nangis. Apa jangan-jangan kalian..." Raisa tidak melanjutkan ucapan dan hanya menatap Ava penuh arti.

Kalau Jadi Jodoh (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang