Azlan memandang kamar Ava yang redup dari balkon kamarnya. Tidak biasanya begitu. Bahkan Azlan sama sekali tidak melihat bayangan seseorang di dalam sana. Gadis itu kemana?
"Masa bodo mau kemana. Bukan urusan gue," gumam Azlan dan mengalihkan pandangan ke halaman rumah Ava.
Azlan kesal sekali. Tak tau kenapa dia tak suka melihat cara Ava berinteraksi dengan Dylan. Gadis itu seharusnya fokus padanya dan merasakan sakit karena perlakuannya yang kasar. Bukan malah bersenang-senang! Iya, pasti karena itu dia merasa kesal.
Ngomong-ngomong nasi goreng buatan Ava sebenarnya enak. Azlan tau pasti Ava membuatnya sendiri. Dari balkon kamarnya, dia bahkan bisa melihat dapur keluarga Ava yang berada di lantai satu dengan jelas, karena dapur itu memiliki banyak bukaan dan salah satu sisinya yang mengarah pada rumah Azlan menggunakan kaca sebagai dinding. Jadi, Azlan tau pagi tadi Ava sibuk di dapur membuat bekal. Tapi mengakui kelezatan masakannya di depan gadis itu sendiri bisa membuat rasa percaya diri Ava meningkat. Azlan tidak suka. Azlan tidak mau Ava bahagia.
Drrtt! Drrt! Drrtt!!
Dengan malas Azlan berbalik menuju ke sofa balkon. Menggapai ponsel yang tergeletak di atasnya. Sebuah panggilan dari Raisa. Azlan mengerutkan alis dan menggeser ikon berwarna hijau lalu mendekatkan ponsel ke telinganya.
"Halo, Tan," sapa Azlan.
"Halo, Azlan. Kamu tau nggak Bee ada di mana? Kenapa sampai jam segini belum pulang juga ya?"
Kerutan di alis Azlan seketika terurai. Dia melupakan sesuatu. Sial!
"Azlan minta maaf, Tan. Azlan tadi nggak pulang sama Bee. Azlan cari Bee sekarang."
"Iya, tolong bantu cari ya, Lan. Tante khawatir. Nomornya nggak aktif."
Azlan mengangguk meski tau Raisa tidak bisa melihatnya, "Kalau gitu Azlan cari sekarang, Tan."
"Makasih, Lan."
Setelah mengatakan beberapa kalimat lagi, sambungan telepon diputus oleh Azlan.
Azlan menelepon Rudi, bertujuan menanyakan tentang Ava pada Rommy. Mau bagaimana lagi? Dia tak punya nomor Rommy. Sedangkan teman yang sering terlihat bersama Ava hanya Rommy.
"Mana Rommy?" tanya Azlan to the point saat panggilannya diangkat oleh Rudi.
"Ada di kamarnya," jawab Rudi di seberang telepon. Cowok itu pasti bingung mendengar suara Azlan yang lebih ketus dari biasanya. Jelas saja, Azlan tidak dalam mood yang bagus saat ini.
"Kasihin hpnya. Gue ada perlu sama dia," titah Azlan sembari menuruni tangga rumahnya menuju lantai satu.
"Kena–"
"Gue ada perlu sama dia Rud, nggak usah tanya-tanya," potong Azlan. Meraih kunci motornya di meja ruang tamu.
Terdengar suara-suara tidak jelas selama beberapa saat. Bahkan Azlan bisa mendengar Rommy menggerutu sebelum akhirnya berbicara di telepon.
"Kenapa?" tanya Rommy.
"Lo tau Ava di mana?" saat Azlan menanyakan hal itu, dia sudah berada di atas motor dan bersiap melesat begitu Rommy mengatakan keberadaan Ava. Yah... kalau gadis itu tau.
"Loh, nggak tau. Emangnya nggak ada di rumah?" Rommy terkejut.
Azlan berdecak, haruskah dia menjawab saat jelas-jelas beberapa saat lalu dia tengah bertanya?
"Dia pulang naik apa tadi?" pada akhirnya Azlan mengabaikan pertanyaan tak bermutu dari Rommy.
"Naik bus sih."
"Terus dia ada rencana ke mana?"
"Ya... pulang lah–"
Azlan memutuskan telepon sepihak setelah mendapatkan cukup informasi dari Rommy. Kalau begini, maka sudah dipastikan Ava tersesat entah dimana.
Sebenarnya bukan hal yang terlalu mengejutkan. Ava tidak pernah naik angkutan umum. Mungkin saja dia memang tidak tau rute tempat tinggalnya sendiri. Hanya saja... mengetahui itu membuat Azlan semakin kesal. Kenapa gadis itu begitu bodoh?
Dan sangat menyusahkan.
Azlan menelpon seseorang lagi. Setelah itu dia membawa motornya melesat meninggalkan halaman rumah. Dia berencana menyusuri halte bus di sekitar sini. Akan lebih bagus kalau Ava tidak meninggalkan halte. Meski kemungkinannya kecil. Ini sudah malam, gadis itu mungkin ketakutan dan memilih mencari tempat ramai.
***
Azlan sudah menyusuri rute yang seharusnya dilewati oleh bus kota, bahkan dia juga mencari di banyak halte terdekat, tapi dia tak juga menemukan keberadaan Ava. Mungkin gadis itu menggunakan bus yang salah dan terdampar jauh entah di mana. Jujur saja kini dia jadi marah. Kenapa gadis itu tak ada di mana-mana? Dan kenapa juga dia meninggalkan Ava?!
Azlan tak ingin berpikiran negatif dan berharap gadis itu baik-baik saja. Tapi, kepalanya... astaga, kepalanya sudah banyak berspekulasi seenaknya sendiri.
"Sialan, Bee! Lo kemana anjir!!" maki Azlan masih mengendarai motor.
Kegiatannya terganggu saat merasakan getaran di saku celananya. Cepat saja cowok itu menepi dan menghentikan kendaraannya di pinggir jalan. Dia bergegas memeriksa ponselnya berharap itu adalah informasi dari Bara. Azlan belum mencari sampai daerah yang lebih jauh dan menyerahkan tugas itu pada temannya.
Kebetulan yang bagus, Bara—teman masa SMPnya—adalah ketua klub jalanan. Relasinya banyak sekali, dan jelas lebih cepat kalau Azlan meminta bantuan pada mereka dibandingkan pada teman semasa SMAnya. Lagipula tak ada alasan untuk Bara membantunya setengah-setengah, mengingat dulu saat SMP mereka sangat akrab.
"Halo. Gimana?" tanya Azlan to the point. Dia benar-benar tak ingin membuang waktu. Semakin cepat gadis itu ditemukan, akan semakin baik.
"Kayaknya gue sama anak-anak nemuin cewek di foto yang lo kasih," ucap Bara.
"Bagus! Dimana? Gue kesana sekarang."
"Halte A," jawab Bara, "Beneran cewek lo nih? Kami deketin dulu ya, kayaknya dia takut banget."
"Nggak usah deket-deket. Dia bakalan lebih ketakutan! Lihatin aja dari jauh. Jangan sampai dia lihat kalian."
"Tapi dia udah lihat, makanya dia ketakutan."
Azlan berdecak sebelum memutus panggilan telepon secara sepihak dan bergegas melajukan motornya menuju halte A yang dimaksud Bara. Halte itu jauh sekali. Bahkan sudah mendekati kediaman keluarganya. Bagaimana bisa gadis seperti Ava terdampar sampai sana?! Azlan tidak salah kan ketika mengatakan bahwa gadis itu bodoh? Karena kenyataannya untuk pulang saja gadis itu tidak bisa.
Selang beberapa saat, Azlan hampir sampai di halte A dan matanya mulai bisa menemukan gadis itu. Tapi... Fuck! Dia ingin putar balik saja. Kenapa dia harus bersikap peduli saat gadis yang tengah dipedulikan malah... ah sial!
🍯🍯🍯
(18/10/2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Jadi Jodoh (Selesai)
Fiksi Remaja-Azlan Zaydan Eithar- *** Judul: Kalau Jadi Jodoh Penulis: Leli Liliput Status: Selesai Genre: Fiksi Remaja *** Ava bertemu lagi dengan Azlan setelah bertahun-tahun lamanya karena sebuah perjodohan. Seharusnya Ava senang, dia sangat menyukai Azlan...