Aurora mulai mengemasi barang-barang miliknya- benar-benar miliknya, ia tak mau bersusah payah membawa barang-barang pemberian Jack. Bahkan pakaian atau alas kaki sekalipun. Aurora tidak sudi
Bagi nya kini Jack adalah seorang penjahat keji, pembunuh berdarah dingin yang hampir merenggut nyawanya. Untung saja Tuhan masih berbaik hati membiarkan nya hidup, dan karena kesempatan itu lah Aurora tak mau menyia-nyiakan nya lagi. Ia akan benar-benar pergi dari kehidupan Jack, dan mulai mencari keberadaan kedua orang tua nya
"Rora harus segera pergi,tapi bagaimana? Penjagaan begitu ketat, dan Martin... Kenapa dia belum juga membalas pesan Rora!" Aurora bergumam, ia tak mau rencananya berakhir sia-sia. Tapi mengharapkan Martin datang pun bukan kah itu suatu bencana lain?
Sialan! Aurora benar-benar buntu, ia sebenarnya tak mau menyeret siapapun kedalam masalahnya kali ini. Tapi hanya Martin seorang yang bisa menolong nya dari jeratan si sadis Jack
Aurora menatap jendela besar yang menyuguhkannya pemandangan halaman kerajaan Jack dengan sendu, ia sama sekali tak mau menutup mata barang sejenak meski waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari
Aurora takut jika ia terlelap Jack akan datang dan benar-benar menghabisi nya dengan brutal. Oh Tuhan! Ia masih begitu muda, Aurora masih ingin merasakan kelulusan bersama teman-teman nya
"Martin, maaf kan Rora karena terus melibatkan mu" bisik gadis itu dengan sendu, sambil mendekap erat tas ransel nya Aurora menyandarkan tubuh nya di sisi tembok. Tubuhnya sudah melemah, semalam ia tak sempat makan. Entah apa yang akan terjadi esok hari, ia berharap Tuhan masih kembali berbaik hati dan mengizinkan nya membuka matanya lagi.
*********
"Paduka..."
"Paduka Ratu..."
"Pad..."
"Engh... " Aurora mengerang pelan begitu merasakan tubuhnya teguncang dan ada suara seseorang yang memanggil nya
"Rora di mana?" dengan raut wajah kebingungan Aurora bertanya dengan suara serak, matanya mengerjap pelan memindai area sekitar. Ia seperti nya tertidur tanpa sadar
"Anda berada di kamar, Paduka"
"Kamar?"
"Iya"
"Pukul berapa sekarang?"
"Tujuh, paduka"
Aurora mengangguk lemah seraya menggaruk rambutnya, kesadarannya mulai penuh. Aurora tiba-tiba tersentak
"APA? ASTAGA! RORA TELAT" gadis cantik itu menjerit membuat pelayan berwajah pucat di hadapannya terkejut bukan main
Aurora beranjak dari posisinya dan mulai mengenakan Seragam tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, hanya mencuci muka dan mengikat rambutnya asal Aurora siap pergi Sekolah
"Saya tidak bisa mengizinkan anda pergi sebelum anda menyantap sarapan anda, paduka!" pelayan wanita itu mencegah kepergian Aurora
Persetan dengan itu, sekalipun kini perut kecil nya meronta Aurora tidak mau lagi memakan makanan yang di berikan Jack
"Rora tidak mau, menyingkir lah!" mata Aurora melotot kearah sang pelayan, mencoba memberi gertakan. Dan ternyata berhasil.
Padahal kalau di lihat-lihat bukan nya menyeramkan tapi Aurora malah terlihat menggemaskan. Sambil melangkah dengan tergesa Aurora menyeret tas ransel nya yang sudah terisi penuh pakaian miliknya, ia sempat berhenti dan menatap Candice yang juga menatap nya sinis di meja makan. Oh wanita sialan itu sekarang benar-benar terlihat seperti nyonya pemilik Istana
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Vampire Love Me
VampireDengan paras yang menyerupai bidadari, Aurora bagaikan bintang di mata para kaum adam. Bersinar dan memukau. Namun sayang, Aurora hanya di anugrahi kecantikan fisik, tidak dengan kepintaran otaknya Aurora begitu lugu, polos seperti kertas putih. Di...