Halusinasi!

711 35 3
                                        

Dengan sedikit gemetar ia melangkah memasuki ruang kamar yang biasa terasa hangat kini berbalik terasa dingin sekaligus mencekam, tatapan nanar dan pedih menjadi satu menyorot sesosok gadis dengan balutan gaun tidur putih yang terlelap damai di atas ranjangnya. Tak ada pergerakan, tak ada deru nafas, tak ada detak jantung yang ia rasakan- ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap melangkah meski rasanya sangat menyakitkan melihat keadaan gadis itu sekarang. Tapi mau sampai kapan ia mengabaikan semua ini, mengabaikan gadisnya terus.

Semua telah ia lakukan demi mengembalikan gadisnya seperti sedia kala tapi naas nya semua itu berakhir sia-sia, tak ada artinya.  Dengan hati-hati ia mendaratkan bokongnya di sisi ranjang menatap gadis cantik itu tanpa berkedip, tangannya gemetar menyentuh jemari lentik gadis itu. Aromanya masih tetap sama, memabukan dan menjadi candu baginya. Tapi sekarang apa arti nya lagi aroma memikat itu, yang ia inginkan sekarang adalah melihat gadis itu membuka matanya, tersenyum kepadanya, dan tertawa bersamanya.

Tak apa ia rela mendengar seluruh omelan gadis nya, tak apa ia rela di katai apapun oleh gadisnya, tak apa jika gadisnya menatap nya dengan tatapan sebal. Semua itu tak mengapa baginya asal gadisnya kembali hidup seperti sedia kala, sungguh ia sudah putus asa. Nyatanya ini lebih menyakit dibandingkan saat hari ia mengetahui jika ia telah kehilangan ibu nya.

"Tidak ada Cinta yang tidak berkorban, begitu apa yang di katakan pria tua itu kepada ku. Apa kau sekarang senang Kitten karena aku akan membebaskan mu? Apa kau senang melihat aku menjadi Vampir setengah gila seperti ini? Please- aku tidak tahu lagi harus melakukan apa, tidak bisakah kau bangun?" Jack melirih, suaranya terdengar begitu menyedihkan

Jemarinya beralih menyusuri wajah cantik gadis yang terlihat amat pucat, di beberapa titik masih terlihat luka lebam yang membekas, Jack menyingkap surai hitam matenya- melihat banyak bekas gigitan di sekitar lehernya- itu adalah ulah nya yang mencoba merangsang titik saraf Aurora. Tapi semua tak ada guna, hanya membuat kulit gadisnya mendapat banyak luka

Jack menoleh ke arah jendela yang menampilkan gelap nya malam dengan sinar bulan indah yang menerangi, apakah ini waktu yang tepat? Fikir nya, ia sudah memerintah kan Bryant untuk mengurus semua keperluan Aurora di dunia manusia. Kedua orang tua gadis itu sudah Jack kembalikan ke asal hanya tinggal menunggu Aurora. Dan Jack rasanya masih belum bisa menerima semua ini

Ia seperti bermimpi, ia tak sanggup membayangkan jika Aurora tak lagi di sisi nya, tak lagi menghangat kan kediamannya. Entahlah sepertinya ia mulai memikirkan hal gila, sepertinya menenggak racun atau mendatangi hakim pencabut nyawa adalah ide yang bagus.

Tapi tidak, tidak, Nicholas bilang dirinya dan Aurora kelak akan hidup bahagia di masa depan. Bagaimana jika ia mati terlebih dahulu sebelum memastikan Aurora bahagia karena usaha nya, itu sama saja membuat kematian nya tidak tenang. Jack harus ikhlas, bukan kah semua ini demi kembali nya kehidupan Aurora?

Benar, ia pasti bisa melewati semua ini. Meski Aurora nanti tak lagi disisinya, Jack bertekad akan selalu mengawasi dan melindungi gadisnya dari kejauhan. Pria itu bangkit menatap sendu wajah istrinya untuk terakhir kali sebelum mereka berpisah selama beberapa waktu

"Setelah malam purnama tiba aku akan datang untuk menjemput mu kembali.... Istri ku."

**************

Satu minggu berlalu, ringisan pelan keluar dari mulut sesosok gadis cantik yang terbaring di ranjang empuknya begitu sorot matahari pagi menusuk kulit putihnya. Gadis itu mengerjap pelan lalu meringis ketika tubuhnya merasakan nyeri dan kaku ketika ia berusaha menggerakkan beberapa anggota tubuhnya

Kedua matanya terbuka sempurna menatap jelas ruangan dengan cat Baby blue yang nampak familiar di ingatannya, ada beberapa boneka beruang di ranjangnya, figura yang menampilkan wajah ceria nya dan beberapa wajah kedua sahabatnya. Di sudut ruangan ia bisa melihat kanvas dan seperangakat alat lukis lalu ada kursi yang ia gunakan untuk melukis, itu adalah spot favorit di kamarnya.

Mr. Vampire Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang