Happy Reading💕💕💕
***
Azel berdiri terhalang pintu menatap wanita dari celah kaca kecil, sembari tangannya menggenggam kotak hitam. Azel tak berani berkedip, takut sosok itu menghilang bersama detik yang lalu.
Tiga menit yang lalu beberapa anggota keluarga besarnya datang. Kebanyakan keluarga jauh karena ibu dan ayahnya Azel adalah anak tunggal. Nenek dan kakeknya pun sudah tiada. Itu sebabnya ia tak ingin kehilangan sang ibu.
Tiba-tiba bahunya ditepuk seseorang. Ketika Azel berbalik, seorang pria bertubuh tegap yang semalam berdiri dibelakangnya. Pria yang entah namanya siapa itu menggunakan setelan jas. Azel hendak pergi, tetapi ditahan oleh pria itu.
“Saya ingin bicara dengan kamu.”
Azel menghembuskan nafas kasar. Ia pergi, namun duduk di bangku panjang lorong rumah sakit. Lorong ini sepi. Jarang ada orang yang lewat. Juga letaknya di lantai yang lumayan tinggi. Azel pikir, pria ini memang sengaja menempatkan ibunya disini.
“Kamu pasti sudah tau siapa saya.” Azel tak menjawab. Karena pria itu tidak bertanya. Mereka duduk terpisah satu bangku. “Sejak awal sudah saya katakan, kalau saya akan bertanggung jawab. Dan pertanggungjawaban seperti apapun yang kamu putuskan, akan saya lakukan. Termasuk jika kamu mengirim saya ke penjara.”
Saat kata ‘penjara’ terucap, jantung Azel berdetak lebih cepat. Gadis itu sama sekali tidak pernah berurusan dengan polisi, penjara, pengadilan, atau semacamnya. Dan ia harap tidak pernah, meski disini ia dan ibunya adalah korban.
“Saya berjanji akan membiayai pengobatan ibumu dan kebutuhan kalian seumur hidup. Pendidikan bahkan pekerjaan kamu suatu saat, kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Ibumu juga tidak perlu bekerja keras lagi. Semua kebutuhan dan keinginan kalian akan saya tanggung.”
Penawaran yang cukup bagus untuk kehidupan Azel yang biasa saja. Namun, lihat! Siapa yang dikorbankan disini? Ibunya!
“Tidak masalah kalau kamu menuntut keduanya. Saya akan menerima, karena niat saya untuk bertanggungjawab sudah bulat.”
Azel tak tahu harus berbuat apa. Ia menatap ruangan yang terlihat dingin dimana ibunya berbaring tak berdaya. Jika semua keputusan ada padanya, bisakah ia meminta mesin waktu agar ibunya tidak berbaring disana?
“Pikirkan ini baik-baik, jangan sampai kamu menyesal. Kamu masih remaja, keputusan sekecil apapun akan sangat berpengaruh pada kehidupanmu.” Lalu pria itu pergi meninggalkan Azel di lorong itu sendiri.
Inikah hal yang akan ia rasakan jika saja ibunya terus berbaring disana? Sendirian? Lalu bagaimana kehidupannya akan berjalan?
Azel sudah kehilangan sosok Ayah sejak kecil. Azel tumbuh. Ia menemui begitu banyak keluarga yang bahagia. Ada banyak anak kecil yang senang ketika dibelikan mainan oleh ayahnya. Dan Azel hanya bisa melihat ibunya yang sekaligus berperan sebagai ayah.
Pikiran Azel kembali pada pria itu. Ia memang masih belum rela ibunya mengalami semua ini. Ingin rasanya ia membalas, tapi disisi lain ia berpikir apa gunanya? Apakah Sukma bisa kembali berdiri di hadapannya? Apakah sang ibu bisa kembali mengomelinya? Semua itu tidak akan terjadi kalaupun Azel membunuh pria yang menabrak ibunya.
***
Azel ketiduran. Saat membuka mata, mengitarkan pandangan ke sekeliling, kembali sepi yang ia dapatkan. Tidak ada teman, sahabat, ibu, pacar, atau siapapun. Beginikah rasanya kesepian? Azel memang kehilangan sosok ayah, tapi ia tak pernah merasa kesepian karena selalu ada ibunya. Dan kini, ibunya tengah bertarung dengan maut di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECANDA
Teen Fiction"Becanda itu penting," katanya. "Serius juga penting, lo nggak bisa becandain semua hal," balasnya. "Termasuk lo?" Hope you enjoy the story, because belum bisa enjoy face doi❤️ Best pict on cover by pinterest