30 - cowok suka pamer

43 6 0
                                    

Happy reading❤️

***

Jika tadi Azel merasa Dirga diam, maka sekarang Azel yang tak bicara sama sekali. Gadis itu masih kesal. Ia pikir setelah makan, Dirga akan mengantarnya pulang. Sekarang tangannya sedang dituntun Dirga memasuki area taman kota yang ramai.

“Ngapain ke sini?” kening Azel berkerut saat cowok itu membawanya duduk di kursi panjang.

“Pacaran lah, mau ngapain lagi?”

“Nggak kreatif banget cari tempat.” Azel mengedarkan pandangan ke sekeliling dimana banyak juga pasangan sedang menikmati suasana malam, tapi tak sedikit ada keluarga kecil tengah duduk di atas tikar sembari menyantap makanan yang dijajakan di sekitar taman itu.

“Tadinya sih, mau gue bawa ke rumah.”
Azel menoleh cepat.

“Tegang amat mukanya.”

Azel kembali menatap ke depan, ke arah seorang anak perempuan yang tengah duduk di pangkuan ayahnya dengan sang ibu menyuapi.

Dirga mengikuti arah pandang Azel. Ia tahu ada yang mengusik gadis itu, tapi berusaha ia alihkan.  “Mau disuap juga?”

Azel yang sebelumnya melamun, sedikit tersentak. Ia menggeleng. Lalu sesuatu mengingatkannya. Ia ingin sekali bertanya, tapi ragu.

“Ga,” panggilnya, dibalas dehaman kecil. “Lo tadi…marah?”

Dirga menoleh, keningnya berkerut. “Enggak.”

Azel menghela lega. “Terus kenapa tadi diem aja?”

“Kalo di jalan gue buat lo kesel, yang ada kita nggak sampe rumah.”

“Lo ngilang seharian dan pas dateng diem aja.”

“Tadi siang lo nyuruh gue nggak ganggu lo.” Dirga menatap Azel dengan kening berkerut. Hal ini yang terkadang membuatnya malas pacaran, cewek itu ribet. Katanya tidak mau diganggu, saat Dirga tidak muncul malah disangka menghilang. Cowok itu sampai tak mengerti jalan fikiran para cewek.

Azel menatap rumput hijau di bawah kakinya. Dugaannya benar, ia terlalu berlebihan sampai mengira Dirga menghilang karena marah setelah mendengar kekesalannya. Padahal cowok itu hanya memberi ruang bagi Azel untuk mendinginkan fikiran.
Tapi lagi-lagi yang namanya cewek memang sulit ditebak.

“Emang lagi ada masalah?” tanya Dirga membuyarkan lamunan Azel.

Azel menggeleng. “Bukan masalah besar.”

Dirga mengikuti arah tatapan Azel. “Kadang hal yang kita anggap kecil itu akar dari masalah besar.”

Azel menghela berat. “Temen gue nggak terima kelas kita nggak lolos LCC.”

Dirga mengerutkan kening heran. “Lomba tadi?”

Azel mengangguk.

“Terus dia marah sama panitia?”

“Dia marah ke gue, ya kali dia marah ke panitia, orang dia juga panitia.”

“Ngapain dia marah ke lo?”

“Ya dia pikir gue nggak cukup pinter dan ngeremehin lomba tadi, padahal gue sama sekali nggak pernah anggap remeh.” Azel mendengus kesal mengingat kembali kejadian tadi. “Dia sombong banget, anggap dirinya lebih pinter dari siapapun. Justru dia yang ngerendahin kemampuan orang lain.”

Beruntung suara Azel tak terlalu keras dan diredam kebisingan. Namun Dirga yang duduk disampingnya dengan jelas mendengarnya. “Biarin aja orang kayak dia tinggal nunggu karma.”

BECANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang