Azel mengucek matanya. Ia merasa tak cukup tidur. Padahal sejak jam 8 ia sudah berbaring diatas kasur, tapi matanya tak bisa terpejam sampai pukul 2 pagi. Penyebabnya adalah ia tak sengaja mendengar perbincangan ibunya dan Dirga kemarin.
“Kok ada panda disini?” tanya Arin bercanda. Ia melihat Azel yang terlihat masih mengantuk.
Tanpa menjawab, Azel meletakkan kepalanya diatas meja dengan tas sebagai alas, menghadap Arin. Tak perlu berhitung, Azel kembali menyentuh tidur. Arin tak begitu mempermasalahkannya. Sahabatnya itu sering begadang demi tugas sekolah.
Keriuhan tiba-tiba karena ternyata guru yang mengajar sedang tidak masuk, sama sekali tidak mengusik tidur Azel. Jika gadis itu terbangun, mungkin ia akan ikut bersorak. Sementara Arin tersenyum dan mulai berbincang dengan Dita, cewek yang duduk di depannya.
Sampai kehadiran seseorang menyita perhatian seisi kelas, termasuk Arin. Namun cewek itu menjadi semakin terbiasa, mengingat Dirga memang hobi mengganggu temannya. Dan beberapa saat lalu ia baru sadar, yang dilakukan Dirga lebih dari keinginan mengganggu.
“Rin, gue boleh duduk disini?” tanya Dirga ketika ia sampai di meja Azel dan Arin.
Dita di depan Arin melongo tak percaya sampai matanya berbinar seolah baru saja melihat pangeran turun dari surga. “Boleh, kok.”
Dirga sedikit terkejut, tapi kemudian ia tersenyum. Hal itu melelehkan hati Dita.
“Emang mau ngapain?” tanya Arin agak ragu. Ia sangsi Azel akan bahagia saat bangun dan mendapati Dirga duduk disampingnya.
“Nemenin aja.”
Dengan sekali anggukan, Arin berdiri dan membiarkan Dirga mengambil alih tempat duduknya. Sementara cewek itu memilih duduk bersama Dita yang masih setia ingin melihat Dirga.
“Duh, cantik banget lagi,” gumam Dirga menatap wajah polos Azel. Tangannya pasti sudah membelai lembut kepala Azel, jika tidak berfikir hal itu akan membangunkan gadis itu dan menjadikannya tumbal amarah.
Dirga sedang ingin melihat Azel yang jinak. Ia rela meninggalkan kelas dengan dalih pergi ke toilet demi melihat Azel meski hanya dari jendela. Namun keberuntungan berpihak padanya, jam pelajaran kelas Azel kosong dan sekarang disuguhi pemandangan wajah polos Azel.
Maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?
Dirga ikut meletakkan kepalanya diatas meja menghadap Azel. Ia tersenyum. Manik cokelat muda yang biasanya menatap tajam, kali ini tertutup kelopak yang terhias bulu mata lentiknya. Jika ia harus menghabiskan sisa hidupnya untuk memandang Azel seperti ini, maka dengan senang hati akan dilakukannya.
Tapi ternyata Dirga ikut terlelap.
***
Azel membuka matanya dan betapa terkejutnya saat menemukan seorang cowok tertidur menghadapnya. Apa ia berdosa? Tidur satu meja dengan seorang laki-laki. Maksudnya, wajah mereka juga lumayan dekat. Azel agak kesal saat melihat wajah cowok itu. Ia sudah akan bangun dan membentak kesal.
Kontras dengan rencananya, Azel justru mempertahankan posisinya. Rasa kesalnya perlahan menguap saat melihat wajah Dirga dari jarak sedekat ini. Alis tebalnya terlukis indah, tapi yang paling menarik perhatian adalah saat biasanya rahang tegas Dirga bergetar karena tertawa, kali ini terbentuk sempurna. Sebentar, biarkan Azel melihat kelopak mata cowok itu.
Sial, Azel mengakui bahwa Dirga benar-benar tampan.
Sebelum terlalu jauh, Azel menarik diri dan menetralkan jantungnya yang entah sejak kapan berdegup kencang. Ia mengitarkan pandangan dan heran ternyata hanya ada dia dan Dirga di dalam ruang kelas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECANDA
Teen Fiction"Becanda itu penting," katanya. "Serius juga penting, lo nggak bisa becandain semua hal," balasnya. "Termasuk lo?" Hope you enjoy the story, because belum bisa enjoy face doi❤️ Best pict on cover by pinterest