13 - Sandra dan jebakan Dirga

40 4 0
                                    

Azel nyaris menjatuhkan bibir bawahnya. “Kok lo, sih?”

Arin pun ikut terkejut melihatnya. Seorang cowok terlihat tetap tampan meski hanya dengan kaus biru keabu-abuan dan celana pendek hitam. Sejenak ia merutuki kebodohan temannya, jelas saja dia pemilik rumah.

“Widih, kedatengan tamu cantik, nih.” Cowok yang sebelumnya ikut terkejut, beralih tersenyum lebar. “Silakan masuk, Tuan Puteri!” cowok itu memberi jalan dengan tubuh sedikit membungkuk dan tangan diposisikan seperti seorang pelayan kerajaan.

Azel menatap datar. “Ada pesanan kue ke alamat ini.” gadis itu menyodorkan paper bag-nya.

Cowok itu hanya melirik sekilas tidak mengambil sodoran itu lalu kembali memandang ke wajah Azel. “Siapa yang pesan?”

“Atas nama Bu Sandra,” jawab Azel.

“Oh,” ujar cowok itu lalu berbalik masuk ke dalam rumahnya. Tangan Azel menurun perlahan, sedangkan Arin membulatkan mata terkejut dengan reaksi cowok itu.

“Zel, kayaknya kita salah rumah, deh,” ucap Arin.

Azel membaca kembali alamat yang diberikan Ibunya. “Enggak, ini bener kok.”

“Maaa, kuenya udah dateng,” teriak cowok yang tadi masuk kedalam rumah mendongakkan kepala dua cewek yang masih mengambang di luar pintu. Azel dan Arin saling berpandangan beberapa detik.

“Udah dateng?” balas seseorang.

Tak lama, seorang wanita muncul dan berjalan ke arah pintu dengan senyumnya. “Loh, saya kira Bu Sukma yang ngantar.”

Azel menampilkan senyum manisnya. “Maaf, Bu. Tadi ibu saya minta saya yang antar.” Gadis itu mengulurkan paper bag-nya.

Wanita yang Azel tebak bernama Sandra itu mengambil paper bag dari tangan Azel. “Oh, kalian anaknya Bu Sukma?”

“Bukan, Tante. Saya temannya Azel,” jawab Arin segera.

“Oh…” suara tawa renyah Sukma memancing senyum lebar Azel.

“Mereka temen Dirga loh, Ma,” suara dari dalam rumah membuat Azel menilik dari balik bahu Sandra. Dan saat mendapati wajah Dirga menampilkan seringai menyebalkan, ia melotot.

“Oh, ya? Kok nggak bilang? Yaudah, mampir dulu.” Wajah Sandra langsung berubah antusias.

Arin menatap Azel. Ia akan mengiyakan tawaran Sandra karena mengapa tidak? Berkunjung di rumah Dirga! “Ehm, nggak usah, Tante. Kami langsung pamit aja,” ucap Arin menyadari kegelisahan temannya.

“Loh, nggak papa. Kecuali kalian buru-buru.”

“Btw gue baru inget, kemarin lo bilang mau belajar bareng gue.” Tubuh Dirga tiba-tiba berdiri tepat di belakang Sandra, yang tentu saja wajahnya tidak tertutup oleh tubuh mamanya.

“Yaudah masuk dulu, Tante buatkan minum.”

Sandra langsung berhambur ke dalam rumah. Azel menggertakkan giginya menatap Dirga tajam, sementara Arin berdiri canggung.

“Ga, gue lagi males cari masalah,” ucap Azel tak menghilangkan raut kesalnya.

“Lo nggak denger tadi mama bilang apa? Ayo, masuk!”

Azel dan Arin bergeming di tempat, tak menghiraukan ucapan Dirga.

“Rin, minggu depan lo sama temen lo ini bisa dateng ke pertandingan gue. Entar gue kasih tiketnya.”

Perkataan Dirga membuat Arin membelalak tak percaya. Lalu matanya berbinar dan senyumnya tak tertahan. Perasaan Azel tidak enak.

“Masuk yuk, Zel!” tanpa persetujuan, cewek itu menarik tangan Azel ke dalam rumah Dirga.

BECANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang