37 semuanya

14 3 1
                                    

Happy Reading

***

"Kapan? Gue nggak pernah jalan sama cewek lain! Dan jaga omongan lo ya, Zel! Gue nggak pernah main-main sama lo, jangan buat gue nyesel karena dengan gampangnya lo ngomong kayak gitu!"

"Lo yang buat gue segampang itu ngomong kelar!"

"Ya udah, apa susahnya ngasih apa yang lo maksud?!"

"Di mall. Kemaren lusa. Sama Agata! Puas lo?!"

Dirga hampir menjawab, tapi tiba-tiba ia diam.

"Inget?! Inget, kan lo sekarang! Atau masih mau pura-pura?!"

"Soal itu-"

"Maaf? Lo nggak sadar kalo hal itu nyakitin gue?! Pembenaran apa lagi yang lo pikirin?!"

"Gue nggak akan bela diri!"

"Bagus!"

"Tapi gue mau jelasin kalo apa yang lo lihat itu beda sama kenyataan, Zel."

"Beda? Lo kira gue buta?!"

"Gue emang jalan sama Agata malam itu. Tapi gue cuma nemenin dia."

"Lo juga sering nemenin gue."

"Beda, Azel!"

"Yaudah, berarti kalo gue jalan sama Gibran, berdua, boleh dong!"

"Ya bukan gitu konsepnya, Agata itu cuma temen gue."

"Gibran juga temen gue, gimana dong?"

Dirga mengusap wajahnya kasar. "Zel, Agata itu udah lama temenan sama gue. Bisa dibilang dia sering bergantung ke gue."

"Oke, Gibran juga udah lama temenan sama gue."

"Lo nggak bisa ngatur perasaan Gibran, Zel."

Azel sudah lelah. Ia benar-benar jengah berdebat dengan Dirga yang tak mau mengalah. Bukankah jika ia mengiyakan, artinya ia harus menahan rasa sakit saat Dirga bersama Agata? "Udah, ya, Ga. Hari minggu gue terlalu berharga buat dipake debat sama lo! Kalo emang lo masih jadiin Agata prioritas lo, terserah! Tapi jujur gue nggak bisa. Dan mending kita udahan."

Jujur, melihat mata Dirga yang tajam akibat kalimat Azel, membuat Azel sedikit merinding. Namun, ia harus bersikap tegas atas semua ini. Tidak hanya soal perasaannya, waktunya akan terbuang sia-sia dengan mempertahankan seseorang yang tak ingin dipertahankan.

"Lo bisa mikir nggak, sih, Zel?! Apa semua masalah harus berakhir udahan? Kenapa dari tadi lo ngomong seolah lo pengen banget kita udahan?"

"Jangan ngalihin topik! Kalo emang lo ngerasa salah, ya salah aja. Nggak usah nyalahin gue balik!"

"Gue udah berusaha minta maaf dari tadi, tapi lo selalu motong omongan gue! Dan lo juga harus sadar kalo dari tadi yang bikin semuanya makin rumit itu pikiran lo sendiri! Hal yang sebenernya nggak ada, lo puter terus di kepala sampe lo ngerasa kalo semua itu nyata!"

"Gue juga nggak mau debat kayak gini, Zel! Gue pengen kita debat kayak biasanya aja. Tapi mungkin lo nggak mau diajak kompromi buat ngomongin ini baik-baik. Atau gue yang nggak sesuai sama ekspektasi lo."

"Gue nggak mau ambil keputusan! Gue akan mikir apa yang salah sama diri gue, begitu juga lo. Kita berhenti disini bukan berarti kita nggak bisa lagi nerusin ini, tapi coba lo pikirin lagi karena apapun keputusan lo, akan gue terima. Bahkan kalo kita harus selesai."

Dirga meletakkan ponsel Azel di sofa lalu cowok itu keluar dari rumah Azel. Mata cokelat gadis itu menahan sesuatu yang ingin keluar kala melihat cowok itu naik ke atas motor dan meninggalkan rumahnya.

BECANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang