Happy reading❤️
***
Azel kira hanya akan ada satu orang bersama motornya bertengger di depan rumahnya hari ini. Tak disangka seorang Arin sudah duduk manis diatas motor Bara bersama empat orang lainnya dengan motornya masing-masing. Sesuatu yang ingin ditanyakan Azel tapi dipotong dengan alasan keburu siang.
Sukma yang membukakan pintu sempat terkejut lalu menawarkan mampir tapi ditolak karena sudah hampir siang. Azel berpamitan pada ibunya sebelum naik ke atas motor Riski menuju rumah Dirga.
Benar-benar hari yang panas. Jalanan kota ramai. Beruntung cowok-cowok itu mengerti harus lewat jalan mana agar tidak terjebak macet. Azel masih sama terkagumnya seperti terakhir kali, begitu mereka memasuki area perumahan Dirga.
Tiba-tiba saja motor yang ia naiki sudah berhenti di halaman rumah pacarnya. Tiga buah mobil bertengger santai di depannya. Azel fikir, harga satu mobil itu seharga rumah yang ia tempati sekarang. Gadis itu benar-benar berdecak kagum. Rumah itu terkesan sederhana namun tetap mewah, tak bisa untuk dipandang terlalu biasa.
Mereka berjalan bersisian menuju teras rumah saat seorang perempuan ber-cardigan biru keluar dari rumah itu menenteng tas kainnya. Azel mengernyit bingung sebelum Daren memanggil perempuan itu.
“Ngampus, Kak?”
“Mau ke WC gue, mau ikut?” balas perempuan itu yang Azel tebak kakaknya Dirga. Satu fakta, ia baru tahu Dirga punya saudara.
“Wah, boleh dong. Lumayan,” sahut Daren lagi membuat cowok itu menerima toyoran di kepala oleh Gilang.
Yah, siapa sih yang nggak mikir aneh-aneh kalau Daren ngomong gitu?
Dinara memilih masuk ke dalam mobil berwarna putih, mengabaikan teman-teman adiknya yang semakin hari semakin bertingkah tidak jelas. Dan drama tak elit itu terhenti ketika seorang pria bertubuh bugar di usia yang terbilang tak lagi muda dari pintu yang sama.“Loh, ada temen-temennya Dirga. Sini masuk!”
Azel tebak Papanya Dirga. Ternyata tak seperti tampangnya yang garang, beliau ramah.
Azel membuntut saja bersama Arin. Diantara mereka semua, pastilah yang paling tidak dikenal adalah dua cewek yang kehadirannya mungkin menggemparkan.
“Dirganya sakit di kamar lagi istirahat. Masuk aja.”
Kesemuanya kecuali dua cewek itu sepertinya sudah mengerti tata letak ruangan di rumah ini. Buktinya setelah Papanya Dirga menghilang di balik sebuah pintu, mereka langsung naik tangga. Azel dan Arin memang hanya bertugas membuntuti cowok-cowok itu.
Pintu cokelat itu dilewati tujuh orang hingga menampilkan seorang wanita duduk di punggungi seorang cowok tanpa baju. Melihat kata terakhir, Azel langsung mengalihkan pandangan. Bukan pertama kali memang, tapi tetap saja pipinya memanas melihat pemandangan itu. Tidak untuk Arin yang justru tercengang senang.
“Eh, sini masuk! Dirganya lagi kerokan.”
Kekehan pelan terdengar mengejek si pemilik kamar yang langsung berbalik terkejut.
“Tante buatin minum dulu, ya,” pamitnya. Sandra turun dari tempat tidur lalu meletakkan minyak angin dan sebuah uang koin di atas nakas.
Setelah kepergian Sandra, lima cowok itu tak segan tertawa kencang dengan tubuh berhambur ke atas tempat tidur Dirga.
“Lemah amat lo, Tai!”
“Mau sambat dia sama Mamanya, udah kek anak manja.”
Semua ejekan itu di balas lirikan tajam oleh Dirga. Mungkin karena cowok itu terlalu lemah untuk membalas lebih. Azel sendiri sudah gatal ingin duduk disamping pacarnya. Tidak, ingin memukul tubuh yang tengah melemah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECANDA
Teen Fiction"Becanda itu penting," katanya. "Serius juga penting, lo nggak bisa becandain semua hal," balasnya. "Termasuk lo?" Hope you enjoy the story, because belum bisa enjoy face doi❤️ Best pict on cover by pinterest