Azel memutar bola mata melihat senyum Arin yang menyebalkan. “Apa lo!”
Arin menampilkan cengiran tak berdosa. “Sorry, Zel. Gimana kemaren? Seru, kan?”
“Menurut lo?”
Sejak tadi pagi, Azel menampilkan tatapan kesalnya. Ia malas berbincang dengan Arin mengingat apa yang semalam di lakukan temannya itu. Bahkan tadi gadis itu pergi ke kantin bersama Gavin, lalu pacar cowok itu muncul tiba-tiba dan Azel sedang tidak ingin membuat masalah. Selanjutnya, muncullah makhluk merasa tak berdosa ini.
“Menurut gue, lo udah jadian sama Dirga.” Arin menaikturunkan alisnya.
Seketika Azel menatap Arin tajam, memukul pelan lengan cewek itu. Keadaan kantin yang ramai, tidak menghalangi beberapa orang mendengar suara Arin. Bahkan mereka sampai menoleh kemudian beralih bisik-bisik dengan temannya. “Sadar suara lo cempreng! Satu sekolah pada denger tau nggak!”
Arin membulatkan matanya, mendekatkan tubuh ke Azel. “Hah? Lo beneran jadian?”
“Ya enggak lah.”
“Masa, sih?” Kening Arin berkerut memberi Azel tatapan tak percaya.
“Rin, gue masih kesel banget sama lo,” ujar Azel santai menahan kekesalan di matanya.
Arin menjauhkan tubuhnya lagi. Cewek itu sedikit merasa bersalah telah meninggalkan sahabatnya kemarin. Katanya demi kisah cinta Azel. “Gue kan cuma pengen bantuin lo deket sama Dirga, Zel.”
“Halah, gara-gara tiket nonton juga, kan?”
Raut Arin membuat Azel menatap lebih tajam. “Mahal tau tiket film terbaru, udah gitu film luar lagi.”
“Oh, jadi lo samain temen lo ini sama tiket nonton?”
Arin menggeleng kuat. “Eh, enggak, ih! Baper amat lo jadi cewek!” Azel memutar bola matanya, lagi. “Tapi kemaren seru, kan?”
“Yang seru di bagian mana coba? Gue ditinggal dan pulang sendiri!”
Arin tersedak minuman. “Hah? Lo pulang sendiri?”
“Nggak lah, sama abang ojek.”
“Kok bisa sih, Zel?”
“Tau!” Azel dengan kekesalannya menghadapkan tubuh ke depan. Matanya masih terlihat kesal. “Ada cewek nyamber dia. Udah gitu nggak pamit sama gue lagi.”
“Cewek? Siapa?”
“Gue nggak tau, Arin!”
“Ciri-cirinya?” Arin masih saja mencecar Azel dengan berbagai pertanyaan.
Tiba-tiba saja, seseorang duduk di sampingnya. Dengan senyum menyebalkan. Entah sudah berapa kali Azel merasa kesal meski ini baru jam 9 lewat.
What the…?!
Umpatan-umpatan kecil muncul dalam benaknya. Ia sudah sangat malas meladeni siapapun yang mengganggunya. Tapi kali ini sumber dari semua kekesalannya muncul.
“Hai, Zel!” sapanya seolah tak pernah ada masalah.
Sempat terlintas di benak Azel kalau kemarin dirinya hanya bermimpi. Atau paling parah, cowok yang kemarin pergi bersamanya bukanlah cowok yang kini berada di sampingnya, melainkan orang lain yang menyamar. Fikiran itu membuat bulu tubuhnya meremang.
Tapi mengingat kembali percakapannya dengan Arin, Azel yakin kemarin tidak sedang bermimpi dan matanya tidak salah melihat bahwa cowok itu adalah…Dirga.
“Eh, gue balik kelas dulu, ya,” pamit Arin tiba-tiba. Cewek itu sudah akan berdiri dan berhambur ke luar kantin, jika tidak mendapat delikan tajam dari Azel.
“Nggak! Lo balik, gue ikut!” Titah gadis itu sengaja mengeraskan suara agar cowok di sampingnya itu mendengar kekesalan diantara nada-nada suaranya.
Arin kembali duduk dengan gerakan canggung.
“Mau ngapain lo?!”
Maklum, mulut Azel memang sudah runcing sejak lahir. Dirga pun harus siap dengan kesabaran yang besar.
“Apel, lah,” ujarnya santai. Tangannya mengambil gelas minuman Azel lalu menyeruputnya sedikit.
“Jorok tau!” Azel langsung menyambar kembali gelasnya.
Dirga dan cengirannya. Sepertinya semua orang melakukannya pada Azel hari ini.“Zel, Gue mau ngomongin soal kemaren.”
Kalimat Dirga yang diatas membuat Azel membeku. Tidak, menegang. Bukan juga, pokoknya Azel terdiam. Yang ingin dia lakukan hanya mendengar penjelasan dari cowok itu. Ia kesal bukan karena cemburu, tapi dengan seenak kue buatan ibunya, cowok itu pergi begitu saja tanpa mengantar Azel pulang.
“Ehm…gue kebelet, mau ke toilet dulu, ya?”
Kali ini karena Arin rasa ia harus membiarkan Azel dan Dirga berdua saja, meski tidak juga, cewek itu secepat kilat menghambur ke luar kantin.
“Lo pulang sama siapa kemaren?”
“Emang penting buat lo?”
Dirga justru terkekeh, membuat Azel menoleh tak percaya, membatin dalam hati tentang betapa gilanya cowok di depannya.
“Lo cemburu, ya?”
“Dih, najis!”
“Terus kok kesel gitu?”
“Lo kira-kira dong, ninggalin anak orang gitu aja. Gimana kalo gue nggak bisa pulang?”
Mata Dirga menyipit seiring dengan bibirnya terbuka menampilkan cengiran. “Iya, maaf.” Jeda sebentar. “Lo nggak mau tau siapa cewek kemaren?”
“Lebih tepatnya, gue nggak peduli!” Azel mengaduk minumannya, menatap ke depan, malas melihat Dirga.
Tapi masih terdengar jelas, Dirga menghembuskan nafas berat. Entah sarafnya yang sedikit salah jalur atau apa, tapi mata Azel menatap kebawah dengan perasaan yang sedikit, sangat sedikit bersalah.
“Lo sebenernya paham omongan gue kemaren nggak, sih, Zel?”
“Gue mencoba untuk paham. Dan harusnya gue yang nanya, lo serius nggak sih sama semua omongan lo? Kalo cuma main-main, sorry gue nggak ada waktu.”
Azel hendak beranjak dari tempatnya, tapi tangannya dicekal Dirga. Bukan cekalan itu yang membuatnya berhenti, tapi tatapan yang ditunjukkan. Entah bagaimana tatapan gadis itu terpaku pada mata cokelat pekat milik seorang cowok yang selalu membuatnya naik darah.
“Kalo gitu biar gue perjelas.” Dirga menarik pelan tangan Azel hingga gadis itu kembali duduk.
“Emang mau ngobrol disini?”
Azel menatap Dirga horror. “Bangke lo!”
Tanpa menunggu perang dunia ketiga pecah, Azel langsung berdiri dan meninggalkan Dirga yang terkekeh. Sudah tidak bisa didefinisikan lagi seberapa menyebalkannya Dirga di mata Azel. Sialnya, jauh di dalam benak gadis itu, ia tidak ingin menolak setiap kali Dirga muncul di depannya.
***
holaaaa!!!!
dikit ya? monmaap
Happy reading❤️
Padahal harusnya kata itu diatas sana hehe
withlove, pacar sahnya Dirga, Azel mah cuma gangguin doang

KAMU SEDANG MEMBACA
BECANDA
Teen Fiction"Becanda itu penting," katanya. "Serius juga penting, lo nggak bisa becandain semua hal," balasnya. "Termasuk lo?" Hope you enjoy the story, because belum bisa enjoy face doi❤️ Best pict on cover by pinterest