24 - rumah hantu (2)

39 3 1
                                    

Happy reading ❤️

^ v ^

Azel merasakan jantungnya berdebar kencang ketika mereka memasuki sebuah ruangan berpintu kayu yang mulai rapuh serta tulisan ‘dilarang masuk’. Jelas sekali ada sebuah pantangan disana, namun Dirga justru menyeretnya.

“Lo gila, ya? Ayok keluar aja, deh, Ga,” rengek Azel merasakan hawa tak sedap semakin memaki keberadaannya. Ia memegang lengan Dirga semakin erat.

“Udah sejauh ini masa nyerah sih, Zel.”

“Lah, emang tujuan kita ngapain?”

Dirga tiba-tiba berhenti, kira-kira di tengah ruangan itu. Tempatnya terbilang luas dengan beberapa pintu di sisinya. Mungkin dulunya adalah kamar utama yang dilengkapi fasilitas toilet dan beberapa ruang pribadi. Di lantai masih sama berdebu, namun tidak terlalu pengap karena ada satu jendela besar yang kacanya sudah pecah, meski hawanya tak kurang menyeramkan dari ruangan lain.

Azel merasakan Dirga beringsut menjauhkan lengannya dari genggaman Azel. Tentu saja gadis itu segera menarik kembali lengan Dirga.

“Mau kemana?” tanyanya panik. “Jangan jauh-jauh.”

Sialnya, Dirga justru tersenyum dengan sangat manis. “Mau deket gue terus, ya?”

Azel melempar pandangan ke wajah Dirga. “Ini kita bisa keluar dulu, nggak? Baru becanda.”

“Bisa.”

“Ayo, cepet kalo gitu,” Azel menahan sesuatu. “Gue kebelet pipis.”

Tangan Azel yang hendak menariknya keluar, ditahan oleh tubuhnya yang tak bergerak. Membuat Azel kembali berbalik. “Ayo, Ga!”

“Bentar.” Dirga memposisikan diri menghadap Azel sepenuhnya. Ia menatap dalam gadis yang tengah ketakutan itu, seolah melepas sedetik saja membuatnya menghilang entah kemana.

“Ngapain?” Ia memperhatikan pergerakan Dirga.

“Zel,” panggil cowok itu terdengar berbeda karena rasanya ia tak pernah mendengar nada itu sebelumnya. “Mau ya jadi pacar gue?”

Azel terkesiap. Ia benar-benar tak siap untuk bercanda sekarang. Kondisi rumah seram yang menegakkan bulu kuduknya membuatnya tidak bisa berfikir jernih, ia hanya ingin segera keluar dari sana. “Jangan becanda, Ga! Ayo keluar!”

“Enggak! Jawab dulu pertanyaan gue.” Lagi-lagi Dirga menahan tangannya yang ingin pergi.

“Cari tempat lain dulu.” Wajah ketakutan Azel sudah tak tertolong. Ingin sekali gadis itu menghipnotis Dirga agar cowok itu mengikuti kemauannya.

“Nggak mau!” tolak Dirga masih berdiri santai seolah ia berada di tepi danau dengan pemandangan indah dan suasana yang sangat cocok untuk melakukan semua ini.

“Lo nggak tau situasi banget, sih. Mana bisa gue jawab kalo lagi takut, ege!”

“Justru gue pinter cari waktu, kalo lagi takut lo pasti jawab iya.”

“Pede! Kalo jawab enggak?”

“Kita nginep disini.”

Gadis itu benar-benar merinding sekarang. “Ih, kok maksa?” rengeknya.

“Coba kasih gue alasan kenapa jawab enggak?”

Azel terdiam. Ia membalas tatapan dalam Dirga lalu dalam sekejap beralih menunduk dengan tangan melepas lengan Dirga. Berusaha tidak apa-apa karena memang begitu seharusnya. Bukankah Dirga adalah pendatang baru yang hanya setia mengganggunya?

BECANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang