Happy reading❤️
***
Azel dan Safia berhasil melewati dua babak dari lomba cerdas cermat. Sayang mereka harus gugur karena selisih satu poin lebih rendah. Azel sedikit kecewa. Namun gadis itu tetap tersenyum ketika teman-teman sekelasnya bertanya, menyelipkan kata maaf diantara jawabannya.
Seorang cewek yang melewati pintu dengan id card panitia lomba awalnya diabaikan. Namun suara melengkingnya sedikit menarik perhatian.
“Zel!” panggil Ify langsung berjalan mendekati Azel. “Gimana lcc nya?”
“Lancar, sih. Tapi nggak lolos.” Azel berdiri menghadap cewek yang tengah memegang melamin bening itu. Ia tetap tersenyum meski mendapati raut tak mengenakkan milik Ify.
“Kok bisa?”
Azel semakin merasa tak nyaman dengan nada bicara Ify. Terdengar menyalahkan. “Di babak kedua kita selisih satu poin sama kelas lain,” jawabnya masih santai.
“Masa ngejar satu poin aja nggak bisa, sih?” tanya Ify dengan nada tak suka.
Beberapa orang yang mendengar langsung menoleh. Termasuk Azel yang kini mengernyit heran. Ia merasa terintimidasi sendiri karena Safia sedang ke toilet.
“Maksud lo apa?” Diandra, salah satu teman sekelasnya berdiri di samping Azel bertanya dengan nada tak kalah sengit. Sementara teman-temannya yang lain berbisik-bisik dengan lirikan menatap ke arah mereka.
“Seenggaknya poinnya sama, mungkin kita bisa ikut final,” ujar Ify menatap Diandra.
“Lah, lo nggak ikut main nggak usah ngatain!” Diandra sepertinya tak suka dengan cara Ify berbicara. Sayang Arin sedang latihan sekarang atau reaksinya akan mengalahkan Diandra.
“Makanya, harusnya gue yang main.”
“Buka mata! Lihat dirimu!” Diandra bernyanyi dengan nada tajamnya. “Kayak sebelumnya lo menang aja.”
“Seenggaknya gue bisa bawa kelas kita masuk final.”
Azel merasa direndahkan. “Gue nggak minta ikut lomba, Fy. Ya mungkin lo lebih pinter dari gue, tapi bukan berarti lo bisa seenaknya nyombongin diri dan ngerendahin gue seolah-olah lo orang paling pinter di dunia ini. Dan seandainya lo nggak jadi panitia cuma karena cowok, mungkin lo nggak perlu capek marah-marah sekarang.”
Ify mendengus geli. “Di kalimat yang mana gue nyombongin diri dan ngerendahin lo? Dasarnya aja lo baperan!”
“Hah! Percuma aja pinter, tapi mulutnya nggak pernah disekolahin!” sahut Diandra tak kalah menohok.
“Gue nggak ngomong sama lo, ya, Di!” Ify menatap Diandra tajam.
Baru saja Diandra akan menjawab, Safia muncul dari arah pintu menatap heran.
“Kenapa?” ia berdiri di samping Azel yang masih mencoba menahan emosi.
“Saf, kok nggak final, sih?” todong Ify membuat Safia ikut kebingungan, padahal Azel belum sempat menjawabnya.
“Hah? Ya…emang udah takdir kali,” jawabnya berusaha menanggapi Ify dengan santai. Berbeda dengan Azel yang sudah sangat muak.
“Emang kalian nggak niat dari awal.” nada bicara Ify benar-benar membuat Azel ingin menjambak rambut cewek itu.
“Lo pernah belajar menghargai orang lain nggak, sih, Fy? Jangan ngerasa paling bener kalo bacot lo aja masih seenaknya,” sarkas Azel. Gadis itu langsung melewati Ify dengan meninggalkan tatapan tajam. Daripada terjadi perang, lebih baik bagi Azel keluar mencari pendingin fikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECANDA
Teen Fiction"Becanda itu penting," katanya. "Serius juga penting, lo nggak bisa becandain semua hal," balasnya. "Termasuk lo?" Hope you enjoy the story, because belum bisa enjoy face doi❤️ Best pict on cover by pinterest