30 - jemput

31 4 0
                                    

happy reading❤️

***

Azel duduk gelisah di atas motor Dirga. Azel masih merasa dingin meski tubuhnya terbalut jaket milik Dirga. Lalu bagaimana dengan lengan terbuka Dirga karena cowok itu hanya memakai kaos hitam pendek.

Sepanjang jalan Azel tak berani membuka pembicaraan karena wajah Dirga yang sedari tadi terlihat tak bersahabat. Juga biasanya tanpa diminta Dirga akan bicara sendiri, kali ini cowok itu terus diam.

Azel kira ia akan dibawa pulang. Ternyata Dirga menghentikan motornya di tempat parkir sebuah masjid dekat salah satu pusat perbelanjaan.  Azel langsung turun setelah melepas helm yang kebetulan dibawa Dirga. Gadis itu baru ingat belum sholat isya.

“Lo sholat?”

Azel mengangguk, mengerti arah bicara Dirga. Setelah melepas sepatu, mereka berpencar menuju tempat wudhu. Keadaan masjid masih cukup ramai karena sholat isya baru selesai. Azel pun perlu mengantri untuk berwudhu. Selesai membasuh anggota tubuh dengan air suci, Azel menggosokkan telapak kakinya pada keset yang diletakkan di batas suci masjid. Barulah gadis itu masuk ke dalam masjid.

Ia berjalan menuju lemari mengambil mukena saat telinganya tak sengaja mendapati beberapa cewek berbisik-bisik sembari mencuri pandang pada seseorang. Azel mengikuti arah pandang mereka. Dan…seorang cowok dengan kaos hitam polos dan celana jeans panjang senada berjalan masuk ke dalam masjid. Ketampanannya bertambah karena wajah dan rambutnya basah seusai wudhu.

Azel akui, ia terpana. Cepat-cepat ia menundukkan pandangan. Ia akan menjalankan ibadah tapi malah menatap penuh damba pada yang berbeda jenis. Namun tatapan yang sama diperlihatkan oleh gerombolan cewek yang masih tak juga memulai sholat. Membuat Azel kesal. Masalahnya mata mereka menunjukkan seolah cowok itu adalah makanan lezat yang siap disantap.

Cowok gue itu, woi! Batinnya berteriak lantang.

Azel memilih melanjutkan niat untuk beribadah. Selepasnya ia melipat kembali mukena dan dirapikan di dalam lemari. Azel duduk di undakan masjid untuk mengenakan kembali sepatunya. Baru satu sepatu terpasang di kaki kirinya, gadis itu merasakan seseorang duduk disampingnya ikut memasang sepatu di kakinya.

Azel melirik sekilas. Dan saat kembali menatap ke depan, tak sengaja ia melihat gerombolan cewek yang tadi di dalam masjid berdiri tak jauh dengan mata mencuri pandang ke arahnya. Azel yakin mereka diam-diam menatap Dirga dan berbisik tentang pacarnya itu.

Sebuah ide terlintas di kepala Azel.

“Aw!” pekik gadis itu berhenti mengikat tali sepatunya.

“Kenapa?” refleks, Dirga menoleh dengan raut khawatirnya.

“Nggak tau, tiba-tiba sakit.” Azel mengangkat tangan kanannya dengan kaku.

Dirga yang baru selesai mengikat sepatunya mengambil tangan Azel. “Sebelah mana?”

“Nggak papa, kok. Bantuin pake sepatu aja, ya?”

Dirga mengernyit bingung. “Dih, manja.”

Azel memajukan bibirnya, cemberut.
“Iya iya.” Dirga beralih berjongkok di depan Azel yang masih duduk di undakan masjid. Tangan Dirga terlihat cekatan memakaikan sepatu Azel dan mengikat talinya.

Azel menahan senyum menatap Dirga. Tak lupa juga ia menikmati raut kecewa para cewek yang bergerombol itu. Sebenarnya ia sadar hal ini tidak baik, apalagi mereka berada di kawasan tempat ibadah. Tapi melihat cewek-cewek itu membuatnya kehilangan kewarasan.

“Udah.” Dirga berdiri. Menjulurkan tangan kanannya di depan Azel. Kali ini bukan permintaan gadis itu. Senyumnya tertahan, hatinya berpesta ria karena sampai di samping motor cowok itu masih saja menggenggam tangannya.

BECANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang