21 - pengaruh

36 5 0
                                    

Happy Reading❤️

_ ^ ∆ ^_

Baik. Bolehkan Azel terkejut? Tidak! Seharusnya Azel terkena serangan jantung mendadak. Baik, itu terlalu ironis.

Gadis berkucir kuda itu langsung melempar pandangan menatap cowok di sebelah kanan dan menghadapnya itu. Dua kaki cowok itu mengapit bangku panjang yang didudukinya. Jantungnya seolah berhenti memompa, paru-parunya seolah berhenti bekerja, dan yang parah lambungnya mendadak bergejolak melilit perut. Tapi wajahnya masih dengan tampang tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

Respon Arin dan Gibran tak jauh beda. Hanya saja mereka tidak merasakan organ dalam tubuh mereka bekerja tak normal.

“Lo gila?” desis Azel disertai kekehan geli, mencoba menghalau keseriusan yang tiba-tiba muncul di wajah cowok itu. “Demam nih, orang.”

“Lo harusnya nggak kaget gue ngomong gitu.”

Azel mengerutkan keningnya. “Maksudnya?”

“Kan emang itu tujuan gue dari dulu,” dengan santai cowok itu meraih gelas dan menyeruput lagi isinya. “Dan gue rasa lo udah tau,” katanya lagi setelah menurunkan gelasnya.

Azel menyadarkan diri. Melepas tatapannya dari Dirga. Ia menatap dua orang yang kini tengah ikut kebingungan. “Kebanyakan makan micin dia, jangan di dengerin omongannya,” katanya menghindarkan dua orang itu dari fikiran-fikiran buruknya.

Dirga mengangkat bahu ketika Gibran menatapnya dengan mata menyipit.

“Lo make narkoba jenis apa, sih, woi?!” tanya Azel tiba-tiba ngegas menatap Dirga kesal. Suara lantang nan cempreng seperti kaleng itu menarik perhatian orang-orang yang tengah menikmati hidangan kantin.

Dirga terkesiap, menarik kepalanya ke belakang. “Lah, siapa yang make?”

“LO!” Azel menunjuk tepat di wajah cowok itu. “GILA! Udah punya pacar masih aja gangguin cewek!”

Entah dari mana datangnya emosi Azel. Mungkin efek menstruasi juga. Akibatnya ia menceloskan kalimat dengan mudah tanpa berfikir apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia terlanjur berang. Dirga bingung, Arin juga, apalagi Gibran.

Setelah kejadian malam dimana seseorang bernama Agata membalas pesan yang ia kirim ke nomor Dirga –yang ia yakini adalah cewek di mall karena panggilan yang sama darinya untuk Dirga—. Dan menurut pengetahuannya, nama Agata tidak mungkin dimiliki manusia berjenis kelamin laki-laki. Dan sepengetahuannya lagi, jika cewek sudah setidaknya membuka isi ponsel milik seorang cowok, artinya mereka punya hubungan khusus.

Azel hanya tidak ingin di cap sebagai perusak hubungan orang. Terlepas dari dirinya yang sedikit menyesal hampir membiarkan Dirga mencoba masuk dan menutup luka lamanya.

Tanggapan Dirga selanjutnya membuat Azel tambah bingung beribu-ribu lipat. Dan dua orang lainnya, sangat tidak mengerti apa yang terjadi. Mereka memilih diam menyaksikan drama itu.

“Pacar? Siapa? Lo terima gue, tapi nggak mau nurunin ego, ya?” tanya Dirga masih dengan kekehan geli yang ia tampakkan.

“Lah, sok ege banget lo! Bego beneran baru tau!” serapah Azel.

“Iya, lah. Lo beneran bikin gue bego, Zel. Mau kayak gimana lagi coba biar lo peka?”

“Tau ah, males gue ngomong sama abang go-jek!”

Azel terlanjur kesal. Segala ucapannya dijadikan bahan candaan, lagi. Jadi ia memilih berdiri dan berlalu dari tempat duduknya diiringi tatapan Arin dan Gibran yang masih belum bisa memahami keadaan. Juga Dirga yang tak tinggal diam, namun tak menahan karena cowok itu mengikuti pergerakannya.

BECANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang