36. Diary (Revisi)

330 56 1
                                    

"Kalo ada masalah. Apapun itu, maka selesaikan. Kalau butuh tempat berkeluh kesah, ada Allah SWT yang senantiasa akan selalu mendengarkan keluh kesah mu, dan kalau kamu  butuh seseorang untuk mendengarkan curhatan mu, maka ada aku yang siap mendengarkan dan memberikan solusi sebaik mungkin."

"Kamu beruntung dan kamu pantas. Tak sepertiku, aku cukup sadar diri. Kamu jauh lebih baik dari ku."

Qoutes by Lidiyah

Cinta Sebening Syahadat🌹

Story by = Lidiyah Pransiska

Jangan lupa awali dengan bismillah

Ambil positifnya, buang negatifnya.

🌷HAPPY READING🌷

.
.
.
.
.
.

Meja makan malam ini terlihat hening seperti biasa, semuanya tengah fokus memakan makanan yang ada di piring mereka masing-masing.

Setelah lima belas menit berlalu, makan malam selesai. Setelah mencuci piring kotor, semua anggota keluarga itu berkumpul di ruang keluarga.

Kegiatan rutin setiap malam sehabis makan malam, yaitu menghabiskan waktu sebentar untuk saling berbincang.

"Oke, malam ini siapa yang mau cerita dulu?" Fatih melihat satu persatu anaknya.

"Qilla, Kiya, Adhim atau Farhan dulu yang mau cerita?"

Farhan mengangkat tangan kanannya.

"Hayok Farhan kali ini mau cerita apa?" Kini giliran Malikah, umminya yang bertanya.

"Singkat. Hari ini belajar di sekolah, pulang kerjain PR terus main."

Semua orang di ruang keluarga itu tersenyum tipis. Hampir selalu kalimat itu yang Farhan ucapkan.

"Oke, sekarang giliran siapa lagi?" Fatih menatap putra putrinya satu persatu.

Adhim mengangkat tangan kanannya.

"Iya, ayo mas mau cerita apa?" tanya Fatih.

"Hari ini sama seperti biasanya. Ngajar di pesantren, ketemu dengan banyak sifat santri-santriwati yang berbeda. Dan,,,, abi bagaimana pendapat abi jika seseorang menyimpan rasa yang sama pada dua orang yang berbeda?" terlihat malu Adhim  mengungkapkan.

"Pufmm  hahahaha," tawa Adz akhirnya tak tertahan. Melihat mas Adhim bertanya pertanyaan di luar dugaannya dan jangan lupakan ekspresinya yang malu-malu sampai mukanya sedikit memerah.

"Auuu ishh umma..... kok Adz di cubit sih? Kan sakit," Adz memasang muka kesakitan setelah ummanya  mencubit pinggang Adz dengan lumayan keras.

"Cah wedok kuwi ra elok ngguyu banter nduk, soale bisa narik perhatiane cah lanang," logat jawa umma muncul saat menasehati anaknya yang tomboy ini. (Anak perempuan itu tidak baik tertawa keras karena bisa menarik perhatian  lelaki.)

"Lah kan ini sama keluarga sendiri umma, gak papa kan?"

"Gak papa tapi apa sopan menertawai yang lebih tua?" jawab sarkas mas Adhim sebelum umma berbicara.

"Akhirnya mas ngaku udah tua, jadi kapan mas bawa kaka ipar kita ke sini, iyakan Qil, Farhan?" tanya balik Adz sambil meminta persetujuan Khasna dan Farhan yang mendapatakan jawaban anggukan mantap dari semua orang di ruangan itu, kecuali Adhim sendiri.

Dan kegiatan kumpul keluarga itu berlanjut sampai sejam kemudian. Kini jarum jam menunjukkan pukul 21.15 malam. Mereka semua akhirnya kembali memasuki kamar masing-masing. Untuk belajar, mengerjakkan tugas mereka.

Cinta Sebening SyahadatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang