48. Ilmu pagi

303 40 5
                                    

Bismillahirohmanirrohim

Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak dua puluh lima menit yang lalu. Namun ia belum berniat untuk segera beranjak dari tempat duduk untuk pulang.

Ia melihat sekelilingnya, kelasnya sudah sepi. Sahabatnya si Putri pun sudah pulang sejak lima menit yang lalu karena dia tahu ia akan di jemput sang kakak.

Khasna, gadis itu akhirnya berdiri -setelah berpikir beberapa saat- dari duduknya, berjalan menuju ke luar kelas.

Tampak sebagian siswa-siswi yang masih berada di sekolah untuk mengikuti ekskul.

Khasna kemudian membuka ponselnya, ia berniat menghubungi Adz. Namun belum sempat ia menghubungi Adz, Adz lebih dulu menghubunginya lewat telepon seluler.

"Assalamu'alaikum. Halo Khas."

"Wa'alaikumussalam, iya kak."

"Kamu masih di sekolah kan?"

"Iya kak aku masih disekolah."

"Emm, gini aku ada urusan mendadak sebentar nih. Kamu tunggu sebentar ntar aku-" belum sempat Adz melanjutkan ucapan, suara temannya memanggil Adz dengan keras.

"Oy Adz! Yok cepetan buruan nih udah di tungguin pelatih buat latihan silat buat lomba nanti!" Suara yang dapat dengan jelas Khasna dengar dari ponselnya itu terdengar dengan nada tinggi.

"Sabar napa boy!" Seru Adz.

"Kak, kakak latihan silat aja, ntar Khasna kan bisa naik bis buat pulangnya."

"Tapikan aku udah janji ama kamu Khas."

"Tapi kakak juga kan ada tanggung jawab yang lebih besar buat latihan kan? Kakak latihan aja ya, aku bisa pulang sendiri."

"Maaf ya Khas, aku lupa hari ini ada latihan."

"Gak papa kak. Kalo gitu semangat ya latihannya. Khasna tutup dulu. Assalamu'alaikum." Setelah terdengar jawaban salam dari seberang Khasna kemudian menutup sambungan teleponnya.

Dengan mengucap basmalah ia berjalan pergi dari sekolah. Ia berjalan dengan wajah yang sedikit ia tundukkan.

Sekitar tujuh menit ia berjalan akhirnya ia sampai di halte bis terdekat. Khasna duduk di salah satu kursi halte yang tebuat dari campuran semen, pasir dan air. Yang diatasnya terlapisi keramik berwarna putih dengan total panjang kursi itu sekitar dua setengah meter.

Khasna melihat kanan kirinya yang tak ada siapapun selain dirinya. Kemudian ia melihat ke depan jalan yang sayangnya sepi. Hingga sepuluh menit berlalu bis yang ia tunggu tak lewat juga.

Mengambil nafas panjang akhirnya ia berdiri. Memutuskan untuk pulang jalan kaki, meskipun itu membutuhkan waktu yang lama karena jaraknya tak dekat.

Tin tin

Bunyi klakson yang keras mengejutkannya, membuat Khasna yang terkejut terjatuh ke aspal dengan keras.

Khasna terduduk di aspal sambil memegangi lututnya yang terasa nyeri.

Padahal ia sudah berjalan di pinggir jalan, tapi kenapa masih juga di klakson?

Cinta Sebening SyahadatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang