20. Keputusan? (Revisi)

1.5K 122 12
                                    

Gadis itu duduk dikursi sambil membaca buku islami di sebuah taman dekat rumahnya. matanya sejenak menatap hamparan bunga berbagai jenis dan warna yang semerbak baunya. Angin yang berhembus sepoi-sepoi menerbangkan ujung khimarnya yang lebar. Gadis itu terus memperbaiki ujung khimarnya yang melayang di udara dengan matanya yang fokus membaca buku dipangkuannya.

Gadis itu menutup bukunya saat dirasa angin semakin kencang berhembus, membuat ujung khimarnya melambai-lambai di udara.

Lelaki itu melihatnya, gadis yang tengah sibuk memperbaiki khimarnya sampai ia tak menyadari kalau buku yang tadi berada diatas pahanya telah berpindah keatas tanah yang sedikit basah itu.

Tiba-tiba suara murotal surat Ar-rahman dari ponselnya terdengar, menandakan seseorang meneleponnya. Gadis itu mengambil ponselnya dari saku gamis berwarna peach nya, melihat layar ponselnya.

"Assalamu'alaikum abi," ucapnya setelah panggilan tersambung.

"....."

"Khasna ada di taman abi, kenapa bi?" ya, gadis itu adalah Khasna

"..."

"Baik abi, Khasna segera pulang. Assalamu'alaikum." Setelah mendengar jawaban salam dari seberang, ia segera bersiap, memakai tas slim bagnya. Lalu pergi dari taman itu, menuju rumahnya. Tanpa terasa ia melupakan bukunya yang terjatuh di tanah.

Lelaki itu menghampiri kursi yang tadi di tempati gadis itu, ia melihat sampul buku diatas tanah itu, lalu mengambilnya. Ia mengeryitkan dahi saat membaca judul buku itu, lalu seulas senyum manis terpatri diwajah tampannya.

Gadis itu tengah berdiri dibalik jendela kamarnya, memandang hamparan
bintang-bintang dilangit bertaburan indah menyinari malam yang gelap.

Bulan tampak begitu cantik dan berbeda di tengah sinar bintang-bintang yang begitu terang. Senyum manis terbit dibibir mungilnya yang merah alami sambil tetap memandang indahnya langit di malam hari.

Bintang... ia selalu merasa senang dan tenang saat melihat keberadaannya, menemani malamnya yang sunyi. Sejenak ia melupakan masalahnya. Ia mengambil nafas dalam dari hidung sambil menutup matanya, lalu perlahan membuangnya dari mulut sambil membuka matanya. Bersamaan dengan itu angin malam berhembus cepat menerpa wajahnya nya yang berseri, menerbangkan khimarnya. Senyum manis terbit di bibirnya tipisnya.

"Khasna..." panggil seorang pria entah yang ke berapa kali sambil menyentuh pundak gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah Khasna.

"Mas Adhim?" tanya gadis itu sambil menoleh ke kirinya, didapatinya mas nya yang tengah tersenyum manis menampilkan gigi-giginya yang putih dan rapi.

"Lagi nglamunin apa sih? Sampai mas ucapin salam dan panggil-panggil dari tadi gak nyaut-nyaut?"

"Wa'alaikumussalam mas, maaf Khasna gak denger tadi," ucapnya sambil menampilkan senyum yang dipaksakannya.

Ia kemudian memandang langit lagi. Dilihatnya bintang-bintang itu. Seberisit khayalan terlintas di pikurannya.

Andai aku menjadi bintang..._batinnya. Astaghfirullah Khasna, jangan berandai-andai.... lanjut batinnya.

Adhim melihat arah pandang adiknya yang terpusat pada ribuan bahkan jutaan bintang di langit. Ia tahu adiknya sangat menyukai bintang... bintang di langit.

"Khasna, kamu tau gak bintang sirius?" tanya Adhim sambil melirik adiknya, Khasna berusaha mengingat-ingat sesuatu, namun pikirannya yang sedikit kacau membuatnya lupa, kemudian menggeleng.

"Bintang sirius merupakan bintang yang paling terang yang dapat dilihat dari bumi, sirius bahkan tercatat dalam Al-Qur'an"

Khasna kembali berusaha mengingat-ingat sesuatu yang sudah dihafalnya. Adhim yang melihat ekspresi adiknya yang sedang berusaha keras mengingat sesuatu pun tersenyum, " Surat An-Najm ayat 49"

Cinta Sebening SyahadatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang