Hari ini adalah hari pertama Kris di Jakarta, kota kelahirannya yang sudah delapan tahun lebih setengah sebulan ia tinggalkan, berkelana ke negeri orang untuk menghindari dan melupakan sejenak masa lalu pahit yang ia alami waktu kecil.
Inginnya dapat melupakan semua masa lalu itu, tapi tidak! Tuhan yang berkehendak! Semakin keras ia berusaha melupakannya, maka semakin jelas kenangan itu hadir, menyelinap dari mata lalu turun kehati. Tak bisa dipungkiri juga, banyak kenangan indah yang telah Kris lalui bersama semua kesedihan itu, yang tak mungkin dapat ia lupakan.
Berbeda dengan nenek Lian, beliau tetap tinggal di Jakarta. Terlalu banyak kenangan indah bersama keluarganya yang tak mungkin ia lupakan dan ia tinggalkan karena satu anak durhakanya itu, Pras.
"Kris." suara lembut diikuti belaian tangan yang lembut membelai rambut Kris.
Kris terbangun dari tidurnya. Jujur matanya masih mengantuk, namun ia paksakan untuk membukanya. Bangun lalu duduk menghadap nenek tercintanya.
"Yes Grandma, what's up?" tanya Kris sambil mengucek matanya.
"Apa kamu ngga kangen sama ibumu Kris?" nenek Lian tersenyum tipis.
Kris berhenti mengucek matanya yang masih mengantuk. Kris tersenyum lalu mengangguk mantap. Sekeras kerasnya hati Kris, dia tetap seorang anak yang membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu, yang merindukan sosok ibu kandung. Kris memang sangat merindukan ibu kandungnya, yang sudah lama tak ia temui.
Lalu tanpa sadar air matanya menetes. Air mata kerinduan seorang anak akan kasih sayang seorang ibu. Meskipun Kris tinggal di Amerika dia mendapatkan kasih sayang yang berlimpa dari tante Meli, istri dari om Dias yang sudah menganggap Kris seperti anaknya sendiri. Tante Meli sangat menyayangi Kris, sama seperti Kris menyayanginya. Tante Meli tidak pernah membeda-bedakan antara Kris dengan anak kandungnya sendiri. Mereka sama dimata Meli dan Dias.
"Kalau gitu temuilah ibumu di kampung. Ibumu juga sangat merindukanmu Kris"
"Tapi kalau ibu rindu kenapa ibu nggak nelpon Kris saat Kris masih di Amerika?Ibu udah lupa dengan Kris! Ibu cuma sayang anak kecilnya itu. Sama keluarga barunya," nada suaranya sedikit meninggi. Ada kekesalan juga dihati Kris, karena selama ia tinggal di Amerika ibunya tidak pernah berkunjung bahkan sekedar menelpon tidak pernah.
Bahkan setiap kali Kris yang menelpon dari Amerika teleponnya tidak pernah diangkat, bahkan sesekali ditolak panggilannya dengan sengaja. Apalagi setelah setengah tahun yang lalu ia mengetahui kalau ibunya sudah menikah dan memiliki seorang anak putra.
Hati Kris hancur saat mengetahuinya. Bukan karena ia tidak terima dan tidak setuju ibunya menikah lagi dengan orang lain. Kris akan senang hati menerimanya. Tapi yang membuat Kris sakit hati dan kecewa adalah kabar kalau ibunya telah menikah dengan orang lain ia ketahui setelah usia pernikahan ibunya sudah beberapa tahun.
"Itu karena nenek yang melarangnya." Nenek Lian menundukan kepalanya, menyesal dengan keputusan yang telah ia ambil delapan tahun yang lalu.
"Nenek yang melarang ibumu agar ibumu tidak menelponmu Kris. Nenek ingin kau fokus belajar disana, agar kau menjadi anak yang pintar dan sukses. Nenek tidak ingin kau teringat dengan masa lalumu yang kelam. Nenek tidak ingin kau terpuruk."
"Delapan tahun yang lalu nenek telah berjanji, kalau kau harus menjadi orang sukses. Nenek ingin membuat ayahmu menyesal, meminta maaf dan berlutut dikaki mu dan ibumu," tanpa sadar nenek Lian menangis. Tangis penyesalan karena dengan sengaja telah melarang seorang ibu untuk berkomonikasi dengan anaknya, walaupun hanya melalui perantara, handphone.
Namun kembali Tuhan yang berkenhendak rencana Lian hancur saat satu setengah bulan kabar duka ia terima dari Pras.
Kris terkejut. Dia tidak menyangka ternyata neneknya sendiri adalah dalang dari rasa kekesalan dan kekecewaannya kepada ibunya tercinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sebening Syahadat
Teen FictionAku, Tuhan, Kamu dan Dia Khasna menghela nafas, "Ceritanya ada dua muda-mudi yang saling cinta. Namun harus saling mengikhlaskan karena perbedaan diantara keduanya." "Kalau benaran cinta kenapa gak berjuang untuk mendapatkannya?" "Karena ada cinta y...