"it hurts when I make a promise"
Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah.
Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan darah terbuang sia-sia dari tubuhnya.
17 tahun adalah impiannya, dan baginya itu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❤️ ❤️ ❤️
Sudah tiga hari sejak kepulangan Arabbel bersama mama dan papanya ke Indonesia, dan selama dua hari kemarin ketiga abangnya memilih untuk izin tidak masuk sekolah agar dapat menghabiskan banyak waktu bersama Arabbel karena Arabbel juga belum bisa sekolah.
Kini keluarga mereka, minus Allvaro, sedang melaksanakan sarapan bersama di ruang makan.
Villara menatap suaminya sambil tersenyum sendu. Sementara Jevanno, Leonnel, Aravvel dan Arabbel menatap wajah kedua orang tuanya berharap Arabbel bisa segera bersekolah bersama mereka.
"Nanti ya, Sayang?" ucap Villara dengan sangat terpaksa sambil mengelus rambut panjang Arabbel.
Harry menatap putrinya, "Nanti kalau kamu udah bener-bener sembuh baru bisa sekolah bareng abang-abang kamu."
"Dari data terakhir yang saya lihat, kesehatan Arabbel semakin menurun. Sel kankernya sudah menyebar ke tubuh Arabbel,"
"Apa lagi selama ini Arabbel tidak rutin menjalani kemoterapi, saya khawatir jika dibiarkan terus seperti ini sel kanker yang ada dalam tubuh Arabbel yang akan menang."
Harry memejamkan matanya saat mendengar perkataan Dokter Louis di telpon.
"Jadi apa lagi yang harus kami lakukan dok? Dokter tau sendiri kan gimana keadaan Arabbel saat kemoterapi. Dia sangat kesakitan, Dok."
"Iya saya tau. Tapi ini tidak bisa dibiarkan lebih lama,"
"Jad-"
"PAPAAAAA!"
Ucapan Harry terpotong saat mendengar teriakan istrinya dari bawah.
"Saya matikan dulu," ucap Harry pada Dokter Louis, kemudian langsung mematikan sambungan telponnya dan segera berlari ke lantai bawah.
"Kenap-- ABBEL!"
Harry terkejut saat melihat putrinya tergeletak pingsan di lantai, ditambah darah yang mengalir dari hidung Arabbel dengan kepalanya yang ditahan oleh Villara yang sudah menangis.