41 : Perseteruan

1.1K 104 70
                                    

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Tinggalin jejak kalian ya, komen dan vote pliiisss biar aku semangat nulisnya... Yang vote sama komen baik banget deh, suer....

❤️
❤️
❤️

Angin pantai malam yang berhembus kencang, langit hitam yang indah dihiasi ribuan cahaya bintang dan satu bulan sabit berwarna kuning cerah, juga suara ombak laut yang beradu tentu memanjakan mata dan telinga setiap orang yang berada di sini.

Setelah acara utama tadi berakhir, semua yang hadir dipersilahkan untuk makan juga mengobrol bebas. Suasana di dalam gedung ini sangat ramai sekali oleh suara tidak beraturan dari banyaknya orang yang saling membuka suara, ditambah alunan merdu dari alat musik yang dimainkan.

Karena itu, setelah makan malam tadi, Arabbel dan Allvaro bersama ketujuh teman mereka yang lainnya memilih keluar dari gedung itu lewat pintu belakang yang langsung menampilkan pemandangan pantai yang sunyi. Gedung ini kedap suara. Tentu saja suara-suara bising dari dalam tidak akan terdengar keluar begitu juga sebaliknya jika pintu ditutup rapat.

Di sini, mereka tidak langsung menginjakkan kaki pada pasir pantai. Tetapi mereka masih berdiri di atas keramik teras belakang gedung tersebut. Di teras ini juga masih tersedia beberapa meja bundar dan kursi, yang di mana salah satunya sedang mereka duduki.

"Sepi banget, di sini cuma ada kita. Enaknya ngapain?" tanya Nalla, karena dari lima menit yang lalu mereka ke sini mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun.

"Enaknya nyebur gak sih? Lautnya menggoda banget, pengen nyelem," ucap Attara ngelantur.

"Iya sih. Ya tapi gak sekarang juga lah," sahut Kenzo.

"WOY!!" Kev memukul meja secara tiba-tiba, membuat semuanya terkejut terlebih lagi tiga orang yang sedang melamun dari tadi. Arabbel, Alvarro dan Ravenkha.

"Gabut lo gak lucu, Kev. Jantung taruhannya," ucap Attara sambil mengelus dadanya.

Kev menampilkan deretan giginya, mengangkat kedua telapak tangannya. "Sorry, sorry. Habisnya ni tiga orang melamun mulu dari tadi."

"Mungkin mereka lagi telepati," ujar Faliya.

Ketiga orang itu tak merespon apapun. Arabbel yang tadinya bersandar di kepala kursi, mengubah posisinya. Menelungkupkan kepalanya pada kedua tangannya yang terlipat di atas meja.

"Bel?" panggil Alvarro.

"I'm okay, cuma ngantuk dikit aja. Bangunin kalau kalian mau ngapa-ngapain," ucapnya, karena ia yakin semua mata tertuju padanya dengan tatapan bertanya.

"Bel, ada yang nelpon," ucap Vanila saat ponsel Arabbel berdering.

Arabbel memiringkan kepalanya, mengambil ponselnya yang berada di atas meja dengan tangan kanannya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk tegak saat melihat nama Villara tertera di layar.

Goresan ARABBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang