"it hurts when I make a promise"
Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah.
Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan darah terbuang sia-sia dari tubuhnya.
17 tahun adalah impiannya, dan baginya itu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❤️ ❤️ ❤️
"Sayang, makan dulu, ya? Dari tadi belum masuk apa-apa loh." Villara mengelus kepala Arabbel, membujuk anaknya supaya mau makan.
Arabbel yang berbaring di kasur kamar rawatnya hanya menggeleng menahan rasa yang sangat campur aduk di dalam dirinya. Keram, nyeri, sakit, pusing, mual, dan lemas. Semuanya terasa di dalam tubuhnya. Bahkan hanya untuk duduk badannya terasa lemas.
Ia baru saja selesai menjalani kemoterapi dua jam yang lalu, ditemani mama, papa dan ketiga abangnya. Tapi sekarang Jevanno, Leonnel dan Aravvel sudah pergi ke sekolah. Ya, mereka memang meminta izin untuk datang agak siangan ke sekolah supaya bisa menunggu adik mereka melakukan kemoterapi pertamanya. Harry juga baru saja pergi ke kantornya karena ada urusan dadakan yang penting.
Arabbel menggelengkan kepalanya. Bahkan rasa laparnya sudah tidak terasa karena sakit dan mual yang dia rasakan.
"Tapi nanti kalo udah mendingan kamu langsung makan, ya? Bilang sama Mama,"
Arabbel mengangguk. "Iya, Ma."
🥀🥀🥀🥀🥀
"Vel," panggil Reno.
Saat ini Aravvel dan teman-temannya sedang berada di kantin untuk mengisi perut saat jam istirahat.
Aravvel hanya menoleh ke arah Reno tanpa berniat menjawab. "Itu nasi gorengnya gak dimakan?" tanya Reno.
Aravvel menggeleng, "gak napsu."
"Serius nggak mau dimakan? Mubazir buset masih utuh gitu," sahut Kris yang duduk di depan Aravvel
"Gue bilang nggak napsu! Mau dipaksa? Muntah yang ada," tegas Aravvel, kemudian menarik gusar rambutnya kebelakang.
Teman teman Aravvel menyadari ada yang tidak beres dari Aravvel, mereka saling pandang seakan menyuruh satu sama lain untuk bertanya.
"Eeee... vel," ucap Reno yang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Hm?"
"Lo-- kemarin pas mimisan kan langsung pergi tu. Nah itu lo kenapa?"
Aravvel terdiam.
"Vel, lo kalo lagi ada masalah cerita aja. Walaupun kita baru kenal pas awal SMP ni ya tapi lo bisa percaya kok sama kita kalo mau curhat," ucap Axel. Sementara Kris dan Reno mengangguk tanda setuju atas apa yang diucapkan Axel.