❤️
❤️
❤️Saat ini Arabbel dan Suster Ana sedang mengitari taman belakang rumah sakit. Arabbel duduk di kursi roda sambil melihat-lihat bunga dan banyak orang yang juga berjalan-jalan atau sekedar mencari angin disini. Bahkan ada laki-laki yang sedang ngomel-ngomel tidak jelas sendiri. Entah apa yang membuatnya kesal, Arabbel tak mempedulikannya.
Arabbel memangku novel yang belum Ia baca dan botol kaca kecil pemberian Dokter Avifah sambil sesekali memainkan botol itu dengan tangan kirinya yang masih terpasang infus.
Suster Ana yang sedang mendorong pelan kursi roda Arabbel perlahan berhenti. "Abbel udah haus belum?" tanya Suster Ana.
"Euum... lumayan sih, Sus," jawab Arabbel.
"Kita ke kantin dulu, ya? beli air minum."
"Abbel masih mau disini. Gimana kalo Suster aja yang beli?"
Sebenarnya Arabbel sangat ingin berada di taman ini sendiri sambil membaca novel, jadi karena kebetulan suster Ana ingin membeli minum ia meminta agar suster Ana sendiri yang ke kantin.
"Abbel, Suster nggak mungkin tinggalin kamu sendiri disini."
"Tapi, Sus, Abbel nggak bakal kemana-mana kok," jawab Arabbel meyakinkan Suster Ana.
"Eeeuum, itu--" Arabbel menunjuk salah satu kursi taman yang menghadap air mancur. "Abbel bakal duduk disitu aja sambil baca novel. Gak bakal kemana-mana kok, Sus, janji deh."
Suster Ana menatap Arabbel dilema.
"Abbel cuma lagi pengen sendiri bentar, Sus. Abbel nggak bakal kenapa-napa kok. Ya?"
"Yaudah, Suster antar kamu ke sana dulu, ya? baru suster ke kantin beli minum."
"Oke, Sus!" Arabbel menjawab semangat.
Suster Ana pun mulai mendorong kursi roda Arabbel perlahan kearah kursi taman itu, kemudian membantu Arabbel duduk dengan nyaman di kursi taman itu.
"Abbel tunggu sini ya, ingat jangan kemana-mana, suster beli air cuma sebentar kok," peringat suster Ana
"Lama juga gak papa kok, Sus, hehe," ucap Arabbel becanda. Tapi kalau emang bener juga nggak papa, Arabbel senang berlama-lama di taman ini.
"Nakal," suster Ana mencubit pelan pipi Arabbel. "Ini kursi rodanya mau suster bawa atau taruh sini aja?"
"Eeemm, bawa aja gimana, Sus? Nanti sekalian Suster taruh aja biar pas balik Abbel jalan aja sama Suster?"
"Boleh deh," jawab suster Ana singkat.
"Eh?" Arabbel bingung. Niatnya hanya bercanda untuk memancing Suster Ana karena ia pikir Suster Ana akan melarangnya berjalan. Tapi ternyata tidak. Suster Ana malah menyetujui permintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan ARABBEL
Teen Fiction"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan darah terbuang sia-sia dari tubuhnya. 17 tahun adalah impiannya, dan baginya itu...