50 : Hide the Pain

1.4K 115 46
                                    

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Tinggalin jejak kalian ya, komen dan vote pliiisss biar aku semangat nulisnya... Yang vote sama komen baik banget deh, suer....

Fun fact : membaca cerita wattpad akan lebih menyenangkan jika sambil diselingi untuk memberi komentar di paragraf-paragrafnya, dan memberi vote pada setiap part saya membaca juga menambah pahala dan sebagai tanda kalau kalian menghargai penulis🙂

💜
💜
💜

Hari kelima atau hari terakhir ujian berjalan dengan lancar untuk beberapa murid yang dapat menjawab semua soal dengan mudah tapi menjadi kutukan bagi murid yang kesulitan untuk menjawab soal.

Tapi terlepas dari semua itu, hari terakhir ujian ini tentu dapat membuat semua murid sekolah bernapas lega untuk sesaat—sebelum pembagian nilai dilaksanakan.

Arabbel dan semua teman sekelasnya merapikan alat tulis mereka dan bersiap-siap untuk pulang. Selama lima hari kebelakang ini, Arabbel merasa tubuhnya semakin melemah. Ia tidak tau apa itu karena ia yang terlalu kelelahan akibat belajar untuk ujian atau memang ada sesuatu yang tidak beres di tubuhnya.

"Fal."

Faliya yang baru saja mengambil sapu dari gantungan membalikan badannya menghadap Arabbel yang masih duduk di bangkunya.

"Kamu piket lama 'kan? Aku ke kantin bentar, ya? Mau beli minum."

Faliya menaikan alisnya, "ya udah gak papa. Atau lo langsung nunggu di sana aja dari pada bolak-balik. Nanti kan kita juga mau ke kantin juga."

"Emang gak papa?" Arabbel mulai bergerak memakai tasnya.

"Ya nggak papa lah." Faliya menunduk untuk menyapu kotoran di bawah meja guru. "Nalla sama Vani juga masih piket mereka. Paling nanti kalau udah selesai ke sini dulu baru ke kantin bareng."

"Ya udah deh. Duluan, ya," ucap Arabbel sambil menyentuh bahu Faliya lalu berjalan keluar kelas.

"Yoai"

Arabbel melangkahkan kakinya menuju kantin sambil sesekali senyum dan membalas sapaan orang-orang yang berpapasan dengannya, dan Kiara termasuk salah satu dari orang itu. Terasa aneh bagi Arabbel saat kecanggungan menyelimuti mereka secara tiba-tiba di waktu yang tak diduga. Bahkan tidak ada alasan ya g pasti kenapa mereka bisa jadi canggung begini.

"Air mineralnya satu ya, Buk. Yang nggak dingin," ucap Arabbel pada salah satu ibu kantin yang menjual air mineral–Bu Susi.

Bu Susi memberikan sebotol air mineral untuk Arabbel. "Tumben sendiri, Bel," ucap Bu Susi basa-basi saat menerima uang Arabbel. Bu Susi ini memang sudah mengenal Arabbel karena Arabbel sering membeli bubur ayamnya.

"Yang lain masih pada piket, Buk," balas Arabbel.

"Oooh..." Bu Susi kembali menegakan tubuhnya setelah mengambil uang kembalian dari dalam laci. "Ini ya Bel kembaliannya."

Goresan ARABBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang