*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo atau salah penulisan*
❤️
❤️
❤️"Mau duduk di mana?" tanya Allvaro sambil mendorong pelan kursi roda Arabbel di taman rumah sakit.
Arabbel menunjuk salah satu bangku kosong didekat air mancur. Bangku yang pernah ia duduki bersama laki-laki yang namanya mirip seperti abangnya.
Allvaro mendorong kursi roda Arabbel menuju bangku yang ditunjuk. Ia memegang bahu Arabbel dan perlahan membantu Arabbel duduk di bangku itu, kemudian ia duduk disebelah Arabbel.
Arabbel menyadarkan kepalanya di bahu Allvaro. Menatap air mancur yang berada di depannya dengan Allvaro yang mengusap-usap pelan kepalanya.
"Abang bener mau donorin sumsum Abang buat Abbel?" tanya Arabbel dengan tatapan tetap ke arah air mancur.
flashback
Ceklek,
Mereka berempat menoleh ke arah pintu yang dibuka.
Jevanno menghela napasnya ketika melihat siapa yang datang, "sia-sia nyoba nelpon dari tadi."
"Kenapa lama banget? Bang Jevan udah uring-uringan tau dari tadi kelaparan," ucap Arabbel kepada tiga orang yang baru datang itu.
"Udah pada lapar ya kalian?" Tanya Villara.
"Banget, Ma! Gak liat kita udah kek anak terdampar gini?" jawab Jevanno semangat walau ia masih selonjoran di lantai.
"Lo aja kali udah kek orang gila dari tadi," saut Aravvel.
"Iri? Bilang bos!"
"Terimakasih telah menganggap saya atasan. Btw saya tidak iri anak buah," ucap Aravvel santai membuat gelak tawa di ruangan itu.
Allvaro mengambil satu kotak styrofoam dari plastik yang dibawanya kemudian memberikannya pada Jevanno, "kasian sekali anda terkapar dilantai. Pasti paling teraniaya."
"Makasih, Bang," jawab Jevanno saat menerima kotak berisi nasi dan lauk itu. "Tau aja Jevan di sini paling disakiti."
Allvaro lanjut memberikan makanan kepada Aravvel dan Leonnel, tapi tidak dengan Arabbel karena dia harus makan makanan khusus dari rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan ARABBEL
Ficção Adolescente"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan darah terbuang sia-sia dari tubuhnya. 17 tahun adalah impiannya, dan baginya itu...