39 : Who is Kiara?

1.1K 83 58
                                    

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Tinggalin jejak kalian ya, komen dan vote pliiisss biar aku semangat nulisnya... Yang vote sama komen baik banget deh, suer....

❤️
❤️
❤️

Dua minggu sudah terlewati, dan selama dua minggu ini juga penjagaan keluarga Arabbel akan dirinya semakin ketat. Terutama Allvaro dan Villara yang selalu melarang Arabbel akan ini dan itu.

Tidak ada yang tau akan penyakit Arabbel yang sebenarnya kecuali Harry, Villara dan Allvaro. Sementara, ketiga abang Arabbel yang lainnya hanya mengikuti apa yang orang tuanya pikir baik untuk adik mereka. Arabbel juga merasa dirinya tidak terlalu parah sampai harus membayar seorang dokter yang akan mengunjungi dan memeriksanya setiap tiga hari sekali.

Ya, Harry membayar seorang dokter yang setiap tiga hari sekali selama dua minggu belakangan ini selalu datang ke rumah untuk memeriksa Arabbel. Tapi Arabbel tak bisa menolaknya. Ia terpaksa menuruti semua kehendak keluarganya pada dirinya. Jika tidak, ia tidak diizinkan untuk sekolah lagi. Melainkan mengikuti home schooling di rumahnya. Tentu saja Arabbel tidak mau itu terjadi.

"Jangan jajan yang aneh-aneh. Kalau tiba-tiba sesak napas lagi langsung telpon papa, mama atau siapapun. Jangan kecapean, jangan lari-larian, jangan--"

"Pa...." Arabbel menyela ucapan Harry. "Abbel cuma mau sekolah. Abbel juga bukan orang sakit keras yang harus diperhatikan dua puluh empat jam, Pa."

Harry terdiam menatap putrinya. Ucapan Arabbel barusan begitu menohok hatinya. Bagaimana ucapan Arabbel yang masih bisa tenang karena belum mengetahui penyakitnya yang sebenarnya.

Harry mengangguk kecil, memaksakan senyumnya. Ia mengulur tangan kanannya untuk mendekatkan kepala Arabbel, mencium kening putrinya. "Papa tau, Sayang. Cepat sembuh, ya? Papa gak mau liat kamu sakit."

"Pasti! Asal kalian semua juga doain Abbel. Abbel gak bakal buat kalian kecewa."

"Kita semua sayang kamu. Udah, masuk sana," suruh Harry. Arabbel mengangguk, mengambil tangan Harry untuk menyaliminya.

"Bel." Arabbel yang hendak membuka pintu mobil kembali menoleh pada ayahnya. "Papa juga gak mau kamu main basket walaupun cuma sebentar."

Arabbel mengangguk mantap, "iya, Pa. Hari ini gak ada pelajaran olahraga, kita juga baru masuk, belum belajar dulu."

"Bel."

Lagi-lagi Arabbel tak jadi membuka pintunya, "Pa, Abbel--" Arabbel yang hendak protes jadi terdiam saat melihat apa yang ayahnya berikan. Ia menampilkan senyum manisnya, lalu segera mengambil ponselnya yang tertinggal.

"Abbel sayang Papa," ucapnya lalu mengecup sekilas pipi Harry setelah itu langsung pergi meninggalkan mobil.

"Kak Atta!" Arabbel berlari menghampiri Attara yang berjalan sendiri di parkiran.

Goresan ARABBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang