*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*
Tinggalin jejak kalian ya, komen dan vote pliiisss biar aku semangat nulisnya... Yang vote sama komen baik banget deh, suer....
Fun fact : membaca cerita wattpad akan lebih menyenangkan jika sambil diselingi untuk memberi komentar di paragraf-paragrafnya, dan memberi vote pada setiap part saya membaca juga menambah pahala dan sebagai tanda kalau kalian menghargai penulis🙂
💗
💗
💗Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa waktu terasa lebih cepat berjalan saat kita ingin menahannya lebih lama. Semakin kita berharap waktu berjalan lama makan semakin terasa cepat perubahannya.
Dua minggu lalu, Arabbel dan Aravvel baru saja merayakan ulang tahun keenam belas mereka. Bukan pesta besar-besaran di gedung mewah yang diiringi musik klasik dengan ratusan orang yang datang. Hanya sekedar acara kecil-kecilan yang diadakan di taman belakang rumah dengan dekorasi sederhana yang dihadiri keluarga dan orang terdekat saja.
Semua bagian yang ada dalam acara itu pure atas dasar permintaan Arabbel. Sementara Aravvel? Ia hanya mengikuti saja.
Waktu bersantai para siswa dan siswi SMA sudah hampir habis karena minggu depan mereka sudah akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. And I'm pretty sure tidak ada di antara kita yang menyukai hal itu termasuk Arabbel.
Walaupun Arabbel termasuk orang yang pintar tanpa harus bersusah payah belajar, dalam artian dia bisa mengerti dan menghafal materi hanya dalam sekali atau dua kali baca tetap saja ia tidak menyukai ujian. Selain suasana yang menegangkan, ia juga malas menyadari bahwa setiap ujian dilaksanakan itu berarti waktu menuju kenaikan kelas setiap tahunnya semakin terasa.
Bukan berarti Arabbel tidak ingin naik kelas. Ia hanya sudah nyaman duduk di bangku kelas 10. Atau mungkin ia tidak ingin waktu cepat berlalu.
Wait! Jika kalian berpikir saat ini Arabbel sedang belajar untuk mempersiapkan ujiannya dalam waktu seminggu lagi, kalian salah besar.
Saat ini Arabbel hanya berbaring dengan posisi miring di atas kasur sambil membaca novel. Sudah lumayan lama dia berada di sini bahkan sudah lebih dari seratus halaman yang ia baca sejak awal ia mengambil posisi hingga akhirnya rasa bosan mulai menghampiri Arabbel.
Ia menutup dan meletakan asal novel itu di atas kasurnya setelah menyelipkan pembatas pada lembaran terakhir yang ia baca. Matanya melihat ke arah jam dinding yang tergantung lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Arabbel menghela napasnya, mempertimbangkan apa yang hendak ia lakukan sekarang.
Pukul sepuluh malam. Arabbel tau sudah terlalu malam jika dia pergi keluar sendirian untuk mencari angin dan ia juga yakin keluarganya tidak akan mengizinkan. Tapi jika sesekali menyelinap? Hmmm... Ya, Arabbel akan melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan ARABBEL
Teenfikce"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan darah terbuang sia-sia dari tubuhnya. 17 tahun adalah impiannya, dan baginya itu...