*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*
Tinggalin jejak kalian ya, komen dan vote pliiisss biar aku semangat nulisnya...
Yang vote sama komen baik banget deh, suer....Oke ekhem
Maap yak karena udah SANGAT LAMA LAGI tidak up😍
Gak mau ngasih alasan apa apa nih karena emang saya yang rada malas ngetik muehehe🙏🏻
Silahkan baca....Note : kalau kalian suka baca wattpad sambil dengar lagu, aku rekomen lagu di atas ('orang yang sama') buat kalian dengar sambil baca part ini
💜
💜
💜Buku itu. Buku tulis dengan hard cover berwarna abu-abu dengan ukiran huruf 'A' yang besar berwarna pink pastel glitter di sampul bagian depannya. Buku itu memiliki sekitar seratus lima puluh halaman yang ia duga sudah terisi lebih dari setengahnya oleh tulisan tangan dengan rangkaian kata.
Bergumul dengan pikirannya sendiri apakah ia harus membuka dan membaca isi buku itu atau tidak. Jari tangannya memegang hati-hati buku itu agar tidak terjatuh dari genggamannya.
Bukan karena penasaran. Tapi karena ia membutuhkannya. Ia butuh membaca isi dari buku itu. Tapi ia sadar bahwa itu bukan haknya. Itu yang seharusnya ia ingat. Tapi kesadaran itu hampir saja hilang bertepatan dengan notifikasi ponselnya yang tiba-tiba masuk tepat saat ia baru saja membuka sampul buku itu.
Tangan kanannya meletakan kembali buku itu ke posisi semula dimana awalnya tergeletak di meja belajar sementara tangan kirinya mengambil ponselnya yang berada di saku celana bermotif army selutut yang ia kenakan.
Membuka notifikasi itu, senyumnya perlahan terukir saat melihat foto yang dikirim Alvarro yang ia tau adalah kekasih dari adiknya. Di foto itu Arabbel terlihat duduk di mobil samping pengemudi, tengah fokus membuka bungkus permen berbentuk kaki dengan rambut yang sedikit menjuntai ke depan hingga mungkin ia tidak sadar jika Alvarro memotret dirinya. Aravvel Memperhatikan foto itu lamat-lamat, membuat ia sadar satu lagi laki-laki telah masuk ke dalam hidup Arabbel.
Hidup sebagai anak bungsu bersama saudara kembarnya membuat Aravvel merasa jika Arabbel adalah miliknya. Hal itu lah yang ia tanamkan di pikirannya dari ia kecil hingga ia mengerti bahwa itu tidak akan terjadi selamanya apalagi saat mereka mulai beranjak dewasa.
Memiliki tiga saudara laki-laki yang lebih dewasa darinya sering membuat Aravvel merasa kesal karena Arabbel sering membagi waktu untuk abangnya yang lain sejak kecil. Ia kesal saat Arabbel lebih memilih jalan berdua bersama Bang Allvaro dan tidak mengajak dirinya. Ia cemburu saat Arabbel lebih banyak berbagi cerita dan air mata pada Leonnel dibanding dengannya. Ia marah saat Jevanno terlalu banyak mengusili Arabbel hingga membuat anak itu menangis. Bahkan ia benci jika papanya memanggil atau menggendong Arabbel saat mereka tengah bermain berdua. Kini, kekesalannya bertambah pada satu orang baru yang sering membawa kabur adiknya entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan ARABBEL
Novela Juvenil"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan darah terbuang sia-sia dari tubuhnya. 17 tahun adalah impiannya, dan baginya itu...