38 : strange dream

1K 89 32
                                    

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Tinggalin jejak kalian ya, komen dan vote pliiisss biar aku semangat nulisnya... Yang vote sama komen baik banget deh, suer....

❤️
❤️
❤️

Tidur Aravvel terusik saat samar-samar mendengar suara tangisan kecil yang berasal dari sebelahnya. Ia membalikkan badannya menghadap Arabbel yang membelakanginya.

Gadis itu terlihat gelisah dalam tidurnya, menggeliat kecil dan sedikit terisak. Bantalnya bahkan sudah basah karena air mata.

Aravvel merubah posisinya menjadi duduk, menghadap Arabbel. Ia menepuk-nepuk bahu Arabbel untuk membangunkan gadis itu. "Bel... Bel, bangun dulu." Ia mengusap air mata Arabbel lalu kembali menepuk ringan pipi Arabbel agar terbangun.

Perlahan mata Arabbel terbuka, pandangan keduanya bertemu. Arabbel terdiam beberapa saat memperhatikan wajah Aravvel dari bawah.

"Kenapa?" Aravvel membantu Arabbel duduk bersandar. Ia mengambil gelas yang berada di nakas sebelah kasur.

Seakan teringat mimpinya tadi, Arabbel kembali meneteskan air matanya. Pandangannya kosong menghadap ke depan. Ia menekuk kedua lututnya, meremas kuat celana tidurnya.

"Minum dulu," Aravvel memberikan segelas air putih pada Arabbel. Arabbel memegang gelas itu, dan meminum airnya. Masih dengan tangan Aravvel yang memegang bagian bawah gelas agar tidak jatuh bila sewaktu-waktu tangan Arabbel melemah.

"Nightmare?" tanya Aravvel setelah menaruh kembali gelas itu. Ia membawa Arabbel ke pelukannya, menyandarkan kepala Arabbel pada bahunya.

Arabbel mengangguk pelan, ia meremas kedua sisi baju Aravvel dengan kedua tangannya. "Abbel gak mau dipisah," lirihnya.

"Siapa yang mau misahin?" tanya Aravvel lembut sembari merapikan rambut Arabbel yang berantakan.

Arabbel menggeleng, menutup rapat kedua bibirnya yang bergetar. Memejamkan matanya beberapa saat. Air mata itu kembali menetes.  "Abbel takut. Bangunin Abbel kalau Abbel mimpi buruk kayak tadi lagi," pintanya.

🥀🥀🥀🥀🥀

Arabbel memejamkan kedua matanya dengan kuat. Kesakitan menyelimutinya hingga tak dapat merasakan tubuhnya yang terbaring telentang. Tangannya tidak bisa digerakkan, bahkan mulutnya sudah tidak bisa terbuka untuk meminta pertolongan. Air mata terus mengalir bahkan saat matanya terpejam.

Kesadaran Arabbel mulai menghilang, seakan otaknya sudah tidak bisa digunakan untuk berpikir karena kesakitan yang ia rasakan di seluruh tubuhnya. Sekelebat tangisan banyaknya orang tak ia kenal muncul begitu saja dalam bayangannya, di dalam matanya yang tertutup.

Goresan ARABBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang