*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*
Tinggalin jejak kalian ya, komen dan vote pliiisss biar aku semangat nulisnya... Yang vote sama komen baik banget deh, suer....
❤️
❤️
❤️Arabbel perlahan membuka matanya yang langsung mengarah ke atas. Ia menoleh ke kiri merasakan ada yang mengelus kepalanya lembut.
"Ada yang sakit?" tanya Alvarro lembut.
Arabbel menggeleng, "di mana?"
"UGD. Rumah sakit."
Arabbel mencoba mendudukkan tubuhnya yang semula berbaring di atas brankar rumah sakit. Alvarro menahan punggung Arabbel yang masih lemah sembari meninggikan sandaran brankar itu.
"Minum?" tanya Alvarro yang di balas anggukan oleh Arabbel.
Arabbel meneguk perlahan air mineral yang diberikan Alvarro. Setelah menghilangkan dahaganya, ia kembali memberikan botol air itu pada Alvarro.
Dua orang wanita, masih lengkap dengan pakaian formal berjalan tergesa-gesa menghampiri mereka. Agatha dan Villara. Alvarro yang melihat kedatangan dua wanita itu langsung berdiri dan menjauh dari Arabbel. Membiarkan kedua wanita itu untuk lebih dekat dengan Arabbel.
"Sayang...." terlihat jelas raut khawatir dari Villara yang mengelus pipi putrinya. "Kenapa bisa gini?" Arabbel hanya diam, ia juga tak tau apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
"Al?" Agatha meminta jawaban dari Alvarro yang berdiri di depannya. Di sebelah Villara.
Alvarro melihat bundanya sesaat lalu beralih ke Arabbel yang juga menatapnya. Ketiga perempuan sedang menunggu jawabannya sekarang.
"Dokter bilang masih belum bisa di pastiin Abbel kenapa sebelum ada pemeriksaan lanjutan."
"Habis ini mama bikin janji temu sama dokter, ya? Biar besok bisa langsung periksa," Villara kembali mengelus kepala Arabbel.
"Besok bagi rapot, Ma."
"Kesehatan kamu lebih penting, Sayang. Biar besok Bang Jevan aja yang ambil rapot Abbel," balas Villara. Arabbel tak bisa membantah lagi. Ia menganggukkan kepalanya, dan terdiam sesaat.
"Bang Ravvel?" ucapnya tiba-tiba.
Villara tersenyum sendu pada Arabbel, "Bang Leon bilang, Bang Ravvel tadi sempat drop di sekolah. Tapi udah pulang kok. Bang Ravvel-nya sehat. Abbel juga harus sehat, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan ARABBEL
Novela Juvenil"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan darah terbuang sia-sia dari tubuhnya. 17 tahun adalah impiannya, dan baginya itu...