*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo atau salah penulisan*
❤️
❤️
❤️Alvarro berjalan memasuki rumahnya setelah menghabiskan setengah harinya di sekolah.
"Al pulang," ucapnya saat melewati pintu utama rumah.
"Den," sapa Bik Fifi-asisten rumah tangga yang datang ke arahnya.
"Bunda udah pulang, Bik?"
"Belum, Den, mungkin sebentar lagi. Den Alva mau Bibik siapin makanan?"
"Gak usah, Bik, makasih. Nanti tunggu Bunda pulang aja."
"Oh, iya, Den."
"Al keatas dulu ya, Bik," ucap Alvarro kemudian berjalan kelantai atas menuju kamarnya.
Sesampainya Alvarro di kamar, ia langsung melempar tasnya ke kasur dan langsung duduk di pinggir kasurnya. Ia meletakan almamater OSIS nya yang dari tadi ia pegang disampingnya kemudian beralih membuka sepatu dan kaus kakinya.
Setelah ia melepaskan alas kakinya ia menyimpan sepatu dan kaus kakinya itu ke rak sepatu yang ada di pojok kamarnya, kemudian kembali berbaring telentang di kasur dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya. Ia melamun menatap langit-langit kamarnya.
MOS hari pertama di sekolahnya berjalan lancar, hanya saja ia tidak menemukan seseorang yang ia cari.
Setelah beberapa menit dengan posisi seperti itu, ia bangkit dari kasurnya menuju meja kecil yang terletak di samping tempat tidurnya. Ia membuka laci meja itu kemudian mengambil botol kaca kecil dari dalamnya. Ia kembali duduk di pinggir kasurnya dengan memegang botol kaca kecil itu.
Ia memperhatikan botol kaca itu sambil sesekali menggoyangkannya, mengakibatkan bunyi dentingan kecil dari liontin menara Eiffel yang tergantung di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan ARABBEL
Genç Kurgu"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan darah terbuang sia-sia dari tubuhnya. 17 tahun adalah impiannya, dan baginya itu...