![]()
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain. *Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*
❤️
❤️
❤️"Aku duluan ya, Pak Raffi udah nunggu di situ."
"Oke"
"Hati-hati, Bel."
Arabbel berlari ke arah mobilnya dan langsung masuk kemudian duduk di kursi belakang.
"Kita jadi ke kuburan, Non? Ini udah mau hujan loh, Non."
"Gapapa, Pak, nanti Abbel cuma sebentar kok."
"Oke, Non," pak Raffi mulai menjalankan mobilnya.
🥀🥀🥀🥀🥀
Drrrtt.... drrrtt....
Suara dering telepon menghentikan pembicaraan kelima lelaki yang berada di dalam kelas.
"Halo, Bang. Kenapa?" Ravenkha mengangkat panggilan telponnya.
"Rav, nanti bisa ketemu nggak?"
Ravenkha melihat ke arah teman-temannya, "bisa, Bang. Kenapa?"
"Gue mau minta tolong, boleh 'kan?"
"Iya, Bang. Boleh. Nanti ketemu di mana?"
"Di Kafe Bamboo aja biar nggak terlalu jauh, nanti gue dua puluh menitan lagi ke sana."
"Oh iya, Bang."
"Makasih, ya."
"Sama-sama, Bang."
Sambungan telpon terputus dan Ravenkha menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana.
"Kenapa, Rav?"
Bukannya menjawab Ravenkha malah bertanya balik, "Nanti jadi nongkrong kan? Di Kafe Bamboo aja gimana?"
"Boleh aja sih, emang kenapa lo?" tanya Kev.
"Bang Leon mau ngomong."
Ucapan Ravenkha barusan berhasil membuat wajah Attara menegang. "Bukan karena masalah tadi kan?"
"Hayo lo!" celetuk Kenzo menakuti.
"Enggak, Bang Leon mau minta tolong," jawab Ravenkha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan ARABBEL
Teen Fiction"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan darah terbuang sia-sia dari tubuhnya. 17 tahun adalah impiannya, dan baginya itu...