22 : positive thinking

1.3K 108 30
                                    

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Mohon koreksi dan kasih tau ya kalau ada typo dan salah penulisan*

❤️
❤️
❤️

Arabbel tengah berdiri dengan menumpukan kedua tangannya pada balkon kamar. Menatap tetesan air yang kembali deras jatuh dari langit bersamaan dengan tetesan air yang jatuh dari matanya.

"Tolong jangan sembunyikan apapun dari Abang. Dari kita semua."

"Abang tau kamu lagi gak baik-baik aja belakangan ini, Bel. Tolong jangan tutupin apapun. Cerita apapun yang kamu rasain ke kita, Bel."

"Setidaknya kasih tau ke Abang rasa sakit apa aja yang kamu dapat karena Abang juga ngerasain itu, Bel."

Ucapan Aravvel tadi terus terngiang di benaknya. Ia terus memikirkan apakah ia harus memberi tau apa yang ia alami belakangan ini kepada keluarganya atau tidak. Tentang darah yang tiba-tiba kembali keluar dari hidungnya, tentang ia yang sering tiba-tiba merasa sesak atau tentang semua kesakitan yang selalu ia sembunyikan.

Berbohong kepada Aravvel tentang apa yang terjadi padanya merupakan hal yang hampir mustahil. Aravvel selalu berhasil mengetahui apa saja yang Ia rasakan, sembunyikan, dan alami. Bahkan untuk rasa sakit saja mereka sering berbagi.

Dokter mengatakan Arabbel sudah terbebas seratus persen dari kanker yang pernah ia alami. Tapi apa ini? Kembali mimisan bahkan ia juga sering sesak napas dan merasakan perih di dadanya.

Arabbel tentu ingin semua ini segera berakhir. Ia tak ingin merepotkan dan membuat keluarganya khawatir lagi. Tapi ia juga belum siap untuk mengetahui jikalau ia mengidap penyakit yang jauh lebih parah.

Ia menarik napasnya dalam saat ia kembali mulai merasakan sesak. Ia segera menarik napas dan menghembuskannya perlahan secara berulang kali sebelum dadanya semakin sesak.

"Cuma sesak napas biasa, Arabbel. Gak ada yang perlu ditakutin," gumamnya pelan sambil tersenyum.

Arabbel membalikan badannya kemudian kembali masuk ke kamar dan menutup pintu baloknya. Ia berjalan ke kasur kemudian duduk perlahan di pinggirnya. Mengusap wajahnya perlahan kemudian menghembuskan kasar napasnya.

Arabbel tiba-tiba teringat akan sesuatu. Dengan cepat ia berbalik badan kemudian mengambil tasnya yang tergeletak di tengah kasur. Membuka resleting tas itu kemudian mengeluarkan sebuah jaket berwarna putih yang terdapat jelas bercak darah di bagian lengannya.

Arabbel memperhatikan bercak darah di jaket itu kemudian mengelusnya perlahan dengan ibu jarinya. "Gimana cara ngilanginnya?" ucapnya pelan.

Arabbel berjalan keluar kamar sambil membawa jaket itu menuju tempat mencuci baju.

Goresan ARABBELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang