-34- Arcbott Garden

4.3K 788 74
                                    

"Hoekkk!"

Aku memijat bahu Junda ketika dia mengeluarkan isi perutnya. Aku jadi sedikit merasa bersalah mengajaknya naik carriage sewa.

Hhh... carriage kerajaan sangat nyaman berbeda dengan carriage sewa. Perutnya pasti kaget dengan perbedaan kontras itu. 

Untung saja dilempar ke sini setelah merasakan nyamannya kendaraan bermesin membuatku tidak kaget lagi.

"Maaf," ujarku lirih ketika Junda sedikit terengah setelah muntah.

Melihatnya mengingatkanku pada mimpiku. Anak yang sudah pandai memincing dan mendecih sejak kecil itu sudah tumbuh sebesar ini. Dan dia tidak mengubah kebiasaannya itu.

Setidaknya pada Anezka. Setelah bertunangan dengannya.

Ingatanku memutar kilasan semalam. Aku tidak paham. Apa... aku sudah salah memahami selama ini? Apa ada sesuatu yang kulewatkan lagi?

"Apa kau masih percaya buku itu?"

Aku teringat pertanyaan Rayan. Semakin kesini semakin banyak yang kutemukan, yang tidak sesuai dengan buku. Atau tidak terungkap.

Sekarang aku harus bersikap bagaimana?

Aku mengatur emosi dan pikiranku. Tenang, bersikap biasa.

Junda menenggak minum yang kami bawa. "Apa harus sampai naik carriage sewa?" tanyanya setelah sedikit tenang.

"Totalitas."

"Ya, ya. Kita rakyat biasa sekarang." 

Aku menghubungi pihak Arcbott Garden sebagai volunteer biasa. Aku tidak ingin melihat keadaan yang dilebih-lebihkan dengan membawa nama Vivaldi dan bahkan Royal Family.

Melihat cowok itu memutar matanya membuatku sedikit sebal.

"Hei, apa salahnya seorang Pangeran merasakan apa yang dirasakan rakyatnya?!" Aku mulai beralasan. "Dan itu berarti kita telah menolong mereka yang menjadikannya sebagai sumber penghidupan!"

Junda menatapku dengan aneh. Tapi aku bisa melihat sedikit kekagetan di sana.

"Itu benar." gumamnya membuatku tersenyum dan mengangkat daguku.

"Tapi totalitasmu keterlaluan." aku memutar mataku ketika Junda protes lagi. "Dan kau tidak mendengarkan saranku sama sekali. Sebenarnya untuk apa telingamu? Aksesoris?!"

Apa?? Haha aku pasti bercanda. Bagaimana mungkin aku tidak bersikap biasa jika dia semenyebalkan biasa.

"Sudah kubilang jangan memakai baju ini!"

"Hey! Apa hubungannya itu?! Sebenarnya untuk apa argumen Anda? Polusi suara?!" 

Dia mempermasalahkan kostumku sejak tadi. Memangnya aku sejelek itu? Apa yang salah dengan makeup natural dan dress putih?!

"Seriously, Anezka. Kita bahkan tidak membawa pengawal! Apa kau tidak takut?!"

"Takut apa?"

"Melihatmu seperti itu kau seakan bisa hilang sewaktu-waktu!"

"Hah??" otomatis keluar begitu mendengar alasan Junda yang tidak masuk akal.

"Kau benar-benar tidak belajarlah dari pengalaman!" 

"Ck..." Dia tidak berhenti mengomel. Sungguh keibuan sekali cowok satu ini. "Ya, saya tidak takut! Sudah ada yang melindungi saya!" aku ganti berteriak. Tentu saja aku tidak menyebutkan nama Navkha.

Anehnya Junda yang terlihat sudah siap berteriak lagi diam seketika. Bibirnya sedikit terbuka tapi kemudian menutup lagi seperti ikan arwana.

Dia lalu menghadap ke depan dan berdiri tiba-tiba. Apa sih?

Cupid For The Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang