Manyun.
Sejak bertemu dengan Junda moodku belum juga membaik.
Bahkan bertemu dengan Lovist tidak membantu. Seperti biasa dia bagaikan es batu. Bongkahan es batu yang tampan.
Di depanku, Lovist terlihat manggut-manggut memeriksa hasil jawabanku
Aku yakin dia puas. Karena memang aku berusaha keras membuat kesan baik padanya. Tentu saja agar dia tidak membunuhku kedepannya.
Sreett...
Aku menoleh ketika Lovist mendorong kertas dengan tulisan 100 di atasnya.
Kemudian dia mengacungkan jempolnya.
Seorang Lovist mengacungkan jempol? Tanpa sadar senyumku naik.
Tiba-tiba Lovist tersenyum.
Aaahhhh mataku silauuu.
"Anda tersenyum." Gumamku spontan.
Lovist terlihat kaget kemudian senyumnya hilang. Dia berdeham dengan canggung tapi aku tidak bisa menahan kekehanku.
"Kau juga tersenyum." Lovist membuka suara.
Apaaa? "Anda memperhatikan?"
Tapi Lovist hanya berdeham dan mencari kesibukan lain.
Aku fans yang bahagiaa...
"Terima kasih sudah membuat saya tersenyum." Kataku dengan tulus.
Kurasa aku mulai berhasil membangun kesan yang baik di depan Lovist. Karena posisiku sebagai villainess di sini, segala hal bisa terjadi dan ancaman bisa muncul kapan saja. Jadi aku harus bersikap baik kalau tidak ingin menggali kuburku.
Tunggu. Kalau dipikir-pikir, sepertinya aku sudah menggali kuburku.
Mati aku.
Apa yang ku katakan waktu itu pada Junda?! Aku lupa dia itu gila. Dan lagi, dia itu pangeran!
Seorang putri duke dihukum mati karena menghina Yang Mulia Pangeran.
Tidak! Aku tidak mau seperti itu!
Aduh bagaimana ini??? Kenapa waktu itu aku bodoh sekali?!
Mataku kemudian menangkap Lovist sedang memandang ke satu tempat dan berdiri.
"Tidak apa, duduklah Lord Lovist."
Mataku membulat demi mendengar suara itu.
Tamat sudah.
"Aku ke sini hanya untuk meminjam Lady Anezka sebentar"
Aku membelokkan wajahku, tidak berani menatapnya.
Tapi aku melihat seseorang berdiri di belakang Junda.
"Oh, Lady Inara!" kataku spontan.
Inara tersenyum dan merendah. "Selamat siang Lady Anezka." jawabnya dengan sangat manis.
Heroine kita manis sekali! Lihat! Lovist bahkan tidak berkedip. Sayang sekali dia datang bersama Junda.
"Hei kau bahkan tidak menyapaku!" aku membelokkan wajahku lagi ketika suara Junda terdengar. Aku takut...
"Maaf Lord Lovist. Jadi apa saya boleh membawanya dulu?" Junda bertanya pada Lovist.
Dengan sigap aku menatap Lovist dengan pandangan memelas, meminta tolong. Kugerakkan kepalaku sedikit, menggeleng kecil.
Tapi Lovist hanya memandangku dengan bingung. Dia kemudian menggeleng ke arahku. Memastikan?
Ya! Ya! Kau tidak boleh membiarkannya membawaku!
Aku mengangguk-angguk sambil menatap Lovist.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid For The Second Lead
General Fiction(Bukan Novel Terjemahan ya) Judul lain : The Villainess' Playing Cupid Aku bertemu dengan idolaku! Ini mungkin terdengar sedikit gila tapi dia adalah karakter dalam novel. Yak, karena entah bagaimana aku "berada dalam novel". Tapi kenapa aku malah...