-35- Arcbott Garden (2)

4K 760 35
                                    

"Jadi bagaimana dengan little mermaid?" tanya anak-anak yang mengerumuniku.

Waktunya mendongeng dan yang muncul di otakku justru cerita ini. Aku tidak mungkin menghancurkan antusiasme mereka dengan mengatakan Little Mermaid akhirnya menghilang bersama buih karena tidak bisa bersama dengan pujaan hatinya.

Itu terlalu... menyedihkan.

"Little Mermaid mendapatkan kaki dan suaranya, akhirnya dia bersatu dengan kekasihnya," aku tersenyum.

"Aaawww..." 

Aku tertawa, reaksi mereka lucu sekali. "Baik, selesai. Kalian bisa bermain sekarang."

"Yeeaay!" mereka segera menghambur ke taman. Lucunyaa

"Dongeng sekali, ck ck..." 

Senyumku luntur mendengar komentar Junda dari samping. "Ini waktunya mendongeng! Memang apa yang harus kuceritakan? Sejarah kerajaan?!"

"Kau tidak seharusnya mencekoki mereka dengan cerita romansa seperti itu" aku hanya memutar mataku. "Kau membuat cerita itu?" tanya Junda akhirnya.

Aku meringis dalam hati. "Aku hanya pernah membacanya"

"Rasanya seperti... bukan itu akhir yang kau baca."

Aku kaget dengan tebakannya yang tepat. "Little Mermaid akhirnya menghilang bersama buih," jujurku.

Junda terlihat terkejut sebelum menghela napas. "Beda dunia ya," ujarnya. "Untungnya dunia kita hanya satu. Kita tidak seharusnya melewati batas yang semesta tentukan."

Jantungku seakan jatuh. Kenapa aku... merasa terserang?

"Awas!" 

Teriakan Junda membuatku ikut berteriak dan bersembunyi di belakangnya ketika menyadari sebuah bola melaju cepat ke arah kami. 

"Kau baik-baik saja?" aku mengintip ketika tidak merasakan apapun, dan melihat bola sudah di tangan Junda. Aku mengangguk.

Junda berbalik pada anak-anak laki-laki. "Hei, hati-hati kalau bermain! Kalian hampir mencelakakan seseorang!" teriaknya.

Aku baru akan memarahinya karena membuat anak-anak ketakutan, tapi Junda sudah lebih dulu berdiri dan melempar bola itu. Dan sebelum kami sadari, bola itu melayang melewati pagar tinggi, keluar panti.

Kami melongo.

"Wah, aku sekuat itu?" gumaman Junda mengembalikan kesadaranku.

"Apa yang kau lakukan?!" teriakku sambil memukul lengan Junda ketika melihat anak-anak mulai terisak.

"A-aku tidak sengaja..."

"Aish! Kau! Minta maaf dan tenangkan mereka. Aku akan mengambil bolanya," perintahku. Aku segera berlari menuju pintu belakang tanpa menghiraukan Junda yang memanggil.

Dasar cowok galak itu! Profesional sekali dia merusak mood. 

Dan di mana lagi bolanya?! Ugh!

Mataku berkeliling mencari bola putih itu. Harusnya warnanya mencolok di antara hijaunya pepohonan. Aku yakin tadi arahnya ke sini, tapi aku tidak menemukannya.

"Anezka!"

Aku menoleh. "Bukankah kubilang minta maaf pada mereka?!" Lupakan dulu etika dan formal, aku masih badmood sekarang.

"Kau gila berlari ke hutan sendirian?!" Junda balik memarahiku, membuatku melihat sekitar. 

Ah, aku lupa Arcbott Garden berada di pinggir hutan kecil.

Tapi aku tetap mendecih. "Dan salah siapa itu?"

"Iya iya aku salah. Makanya, biar kubantu mencari bolanya." 

Cupid For The Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang