"Jadi, Lady Anezka akan datang
bersama Pangeran Junda ke pesta kami besok, bukan?"Aku menoleh pada pasangan Ernest yang mengantar hingga carriage kami.
Aku mengangguk, "Tentu saja, Marquis Lorcan. Karena saya masih tunangan Pangeran Junda sekarang--"
Uhuukk... Uhukk...
Suaraku terpotong oleh Junda yang tersedak entah apa. Kami sudah selesai makan dan dia baru tersedak sekarang. Ck ck
"Yah, tidak pantas jika kami mengajak orang lain, bukan?" Aku tersenyum pada mereka.
Aku tidak bermaksud membuat Junda tersedak lagi tapi aku benar-benar ingin mengatakannya.
Marquis Lorcan tertawa. "Saya pikir juga begitu. Kami mengharapkan kedatangan kalian. Sekali lagi terima kasih banyak, Lady Anezka. Apakah Anda tidak keberatan untuk berbincang lagi?"
"Tentu saja, Marquis Lorcan" Aku sudah bisa tersenyum dengan tulus kali ini. Bahkan hingga carriage kami menjauh dari mansion itu senyumku masih terpasang.
"Kamu belajar dengan baik. Kamu mengagetkanku lagi." Aku menoleh mendengar suara Junda. Rasanya aneh karena dia sering berbasa-basi sekarang.
Tapi aku agak merasa bersalah mendengarnya. Itu semua bukan ideku. Aku hanya mengimplementasikan apa yang ada di duniaku.
"Seperti yang Marchioness Ilya katakan, saya mendapat guru yang hebat." Maafkan aku, Lovist.
Junda menjeda sebelum berbicara. "Kalian terlihat cukup dekat."
Maksudnya aku dan Lovist?
Memang sih sekarang dia sudah tidak sekaku dulu. Dia bisa bicara lebih panjang dan bahkan melepas formalitasnya ketika berbicara padaku. Dan dia beberapa kali terlihat peduli.
Hatiku menghangat dan tanpa sadar aku tersenyum. "Begitukah?"
Junda menatapku dengan aneh. "Jadi ikat kepala itu benar miliknya?"
Senyumku luntur seketika. Dia mengungkit itu lagi. Untuk apa dia meminta maaf waktu itu?
"Siapa yang tahu, mungkin Vivaldi dan Aillard dapat bersatu dan sejalan. Bukankah itu bagus untuk Kerajaan Vlare?" Siapa suruh membuatku jengkel.
Aku semakin merasa bersalah karena membawa mansion kami sekarang. House of Vivaldi dan House of Aillard memegang kuasa yang hampir setara. Tapi keduanya sering berselisih.
Karena itu aku agak kagum karena Lovist dapat menjalin pertemanan denganku dan Aldrich.
Perasaan bersalah semakin kuat karena telah menumbalkan Lovist.
"Kupikir kau membatalkan pertunangan karena aku tidak menyukaimu."
Ya Tuhan kenapa ada makhluk semenyebalkan ini?!
Biar aku terjemahkan, 'Kau kan tidak mau bertunangan dengan orang yang tidak menyukaimu, kau pikir Lovist akan menyukaimu?'
"Itu benar, Yang Mulia." jawabku. Aku tidak terpikirkan satu pun kalimat untuk membalasnya jadi aku membiarkannya.
Lagian memang itu semua omong kosong. Karena Lovist akan bersama dengan Inara.
Junda berdeham setelah keheningan di antara kami. "Anyway, ini bagus karena Marquis dan Marchioness of Ernest tidak curiga dengan kita yang berangkat bersama."
Apa awalnya mereka meminta luncheon dengan kami karena tidak menyangka Junda mengajakku ke pesta mereka? Mereka kira aku menggunakan pelet?
Mengesampingkan itu, aku melirik Junda yang tiba-tiba berganti topik. "Ya, sekarang Anda sudah tidak perlu pusing menutupi keterpaksaan Anda." sebal masih kental dalam suaraku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid For The Second Lead
General Fiction(Bukan Novel Terjemahan ya) Judul lain : The Villainess' Playing Cupid Aku bertemu dengan idolaku! Ini mungkin terdengar sedikit gila tapi dia adalah karakter dalam novel. Yak, karena entah bagaimana aku "berada dalam novel". Tapi kenapa aku malah...