Lovist Aillard
Rambut navy, mata emas, tinggi
Tidak lebih tampan dari Aldrich tapi lumayan lah."Hehehehe" aku tidak bisa berhenti tersenyum membaca tulisan Aldrich itu.
Membayangkan bisa berbicara dengannya saja aku tidak berani. Tapi sekarang, Lovist yang jadi guruku! Walaupun dia hanya akan membimbing dan memantau belajarku sih.
Sebenarnya aku hanya perlu belajar sedikit untuk memulihkan pengetahuan dasar.
Di dunia ini, perempuan belum mendapat kesempatan pendidikan yang sama seperti laki-laki.
Beberapa akademi memang sudah membuka kesempatan bagi para wanita bangsawan, namun hanya untuk mereka yang sudah diakui kecerdasan dan kemampuannya. Tes masuknya dikenal sangat sulit dan dipersulit.
Aku tak keberatan dengan itu. Toh di duniaku yang dulu hal yang paling kubenci adalah belajar. Lagian aku tidak mau memusingkan diriku, di sini ayahku seorang duke dan sepertinya keluargaku sangat menyayangiku.
Asalkan aku tidak membuat masalah aku tidak perlu memusingkan masa depanku.
Karena itu aku harus keluar dari lingkaran takdir yang sudah dituliskan oleh penulis novel ini.
Maaf jika aku menjadi karakter yang durhaka, author. Tapi kamu menciptakanku untuk mati dan aku tidak mau.
Sreekkk
Aku menegapkan badanku ketika Lovist mulai duduk di depanku.
"Apa Anda sudah selesai berbicara dengan Pangeran Junda?" aku bertanya.
Junda, meskipun Lovist sendiri yang mengatakan bahwa aku di sini untuk belajar, cowok tengil itu ternyata tidak langsung percaya. Dia butuh interogasi lanjutan.
Kalau tingkat kepercayaan adalah suhu, pasti aku sudah mati membeku di depan Junda.
Setelah tidak berhasil mencurigaiku, pasti dia sekarang sibuk mengejar Inara.
Lovist mengangguk singkat menjawab pertanyaanku. Sebagaimana yang diharapkan dari seorang Lovist Aillard. Aku tersenyum dan mengangguk paham.
"Jangan memaksakan dirimu."
Aku tidak salah dengar kan? Lovist mengkhawatir-
"Aku tahu otakmu mudah lelah jadi jangan terlalu memaksakan diri." Ap-apa?
"Pangeran Junda ingin menyampaikan itu padamu."
Ya Tuhan, apa aku boleh membunuh seorang pangeran?
Aku memaksakan senyumku. "Aku tidak tahu Pangeran begitu mengkhawatirkanku." ucapku sarkas.
Lovist memandangku dengan tatapan yang aku tidak tahu apa artinya. Hei, dia tahu sarkasme kan?
"Apa kita harus mengurangi ini?" Tanya Lovist sambil menunjuk tumpukan buku yang dia letakkan di mejaku sebelumnya.
Mati saja aku. Apa Lovist juga menganggapku bodoh sekarang?
"Tidak, Tuan, saya baik-baik saja." Aku tersenyum lagi.
Lovist kemudian mengambil kertas dan menuliskan sesuatu di sana. Dia terlihat berpikir beberapa kali sebelum menyerahkan kertas itu padaku.
Aku mengambil dan membacanya.
7x + 63 = 21. x=...
Kereta kuda berangkat dari mansion menuju perpustakaan pada pukul sembilan. Jika kereta kuda sampai di perpustakaan pukul setengah sebelas dan jarak mansion ke perpustakaan adalah empat setengah mil, seberapa cepat kereta kuda melaju?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid For The Second Lead
General Fiction(Bukan Novel Terjemahan ya) Judul lain : The Villainess' Playing Cupid Aku bertemu dengan idolaku! Ini mungkin terdengar sedikit gila tapi dia adalah karakter dalam novel. Yak, karena entah bagaimana aku "berada dalam novel". Tapi kenapa aku malah...