-24- The Ball [Arrival]

6.3K 1.1K 75
                                    

Hai gais, mau warning dolo 😅
Agak panjangan gapapa yah? Aku baru pengen nulis agak lebih detail termasuk kejadian2 minor.

So the plot may be a little bit slow hehe

Hope you enjoy~

==========================

Doeeng....

Pasti ada kata itu dengan font besar sekarang jika ini adalah komik.

Sepertinya... aku melakukan kesalahan.

"Lady Anezka..." Tuan Bernandes menyeka matanya, "bagaimana Anda terpikirkan ide ini?"

Kukira dengan memasukkan unsur modern, aku akan mendapat gaun yang 'tidak' sesuai selera orang-orang ini. Karena itu aku sengaja menjelaskan detail gaun seperti asalku.

Dan kesalahanku adalah, aku lupa aku jarang bersentuhan dengan gaun modern. Dan bayangan gaun yang kuingat ketika itu ternyata adalah... gaun pernikahan.

Jadi di sini aku, bukannya cosplay menjadi udara aku justru cosplay menjadi pengantin.

Aku ingin ganti saja. "Ehm... bisakah-"

Tok tok

"Nona, Pangeran Junda sudah tiba."

"Apa?!" Tapi aku harus ganti dulu!

Dalam sepersekian detik seisi ruangan jadi kalang kabut. Setelah memberiku sentuhan sihir terakhir mereka menyeretku. Mereka benar-benar akan membiarkanku pergi seperti ini?!

Tanpa kusadari aku sudah berada di ujung tangga. Dan di bawah sana, Junda berdiri dengan setelan kerajaan.

Aku menelan ludah.

Premis satu, aku harus pergi dengan kostum salah ini. Premis dua, Junda yang biasanya sudah tampan kini tampak lebih tampan. Kesimpulan, aku gagal cosplay menjadi udara.

Junda tampaknya menyadari kehadiranku. Dia mendongak dan segera bertemu dengan mataku.

Meski jarak kami cukup jauh, aku bisa melihat matanya melebar. Haha, apa dia terpana?

Oke, berhenti bercanda. Aku pasti terlihat cukup bodoh di matanya saat ini.

"Ehm..." Junda berdeham dan tampak berusaha mengembalikan ekspresinya.

Aku baru akan melangkah turun, tapi Junda lebih dulu bergerak. Jadi aku diam di tempat dan menunduk menunjukkan formalitasku, "Salam kepada Yang Mulia Pangeran Junda."

Junda tidak menjawab dan tetap melangkah. Dia berhenti beberapa tingkat di bawahku. Mataku tidak salah, dia memang terlihat lebih tampan.

Semoga jantung Anezka tidak berulah lagi.

Junda menunduk dengan sopan, lalu mengangkat kembali pandangannya padaku. Melihat biru laut itu aku jadi teringat ulahku terakhir padanya. Rasa malu menyerangku.

Sial, sekarang aku tidak bisa tidak canggung. Setelah insiden aku menangis waktu itu, Junda beberapa kali mengirim surat menanyakan kabarku dan meminta maaf. Tapi tidak ada satupun yang kubalas karena terlalu canggung dan malu.

Tidak, Anezka, kau bisa melakukannya. Aku mensugesti diriku untuk bersikap seperti biasa.

Junda menyodorkan tangannya di depanku. "Ijinkan saya mengawal dan mendampingi Anda, Lady."

Ah, dia menjawab formalitasku. Meski bukan pertama kali, rasanya masih aneh ketika Junda bersikap sopan kepada 'Anezka'.

Tapi aku tetap menyambut tangannya. "Suatu kehormatan bagi saya, Yang Mulia."

Cupid For The Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang