-26- The Ball [Dance]

5.9K 1K 117
                                    


Oh ya, ada yg mau nyapa nanti di bawah 🤭

Hope you enjoy~

==========================

"Lady Anezka, apa ini?"

Hatiku mencelos, tidak percaya dengan apa yang kudengar.

Aku berusaha melindungi temanku, gadis yang dia sukai, dan dia bertanya apa ini seakan ini salahku?

Hah! Tentu saja semua yang kulakukan salah di matanya. Bodoh sekali aku menganggapnya jadi sedikit baik belakangan.

Bukan hanya aku, Lovist yang menghampiri Inara juga menatap Junda tidak percaya. Dan Inara, tentu saja.

Riuh mulai terdengar, Verna dan Sonya menyamarkan senyumnya. Haha, mereka pasti menganggapku lelucon sekarang.

Aku menatap Junda tajam. Sedikit kaget karena tidak mendapat tatapan tajam yang sama.

"Yang Mulia, tid--"

"Bukankah sudah kubilang, yang karamel lebih enak!"

"Ha?" Aku melongo mendengarnya. Tidak, semua yang ada di sini.

"Tapi apa ini? Coklat?? Kau tidak percaya padaku?" Junda kemudian mengambil taart karamel dan menyendoknya. Memasukkannya ke mulutku yang masih melongo.

Aku merasakan karamel lembut di mulutku dan mengalami gangguan memori seketika. "Hm? Benar, ini enak!" Kataku takjub, lupa dengan situasi sebelumnya.

Junda tersenyum senang. "Benar kan?" Dia menyendok sekali lagi dan menyuapkannya ke mulutku yang kuterima dengan senang hati.

Orang-orang yang terkesiap kaget membuatku sadar. Junda berhenti. "Ada apa?" tanyanya polos. Eh?

Dia kemudian berbalik kepada Verna dan Sonya yang memucat. "Oh, apa kalian sedang bicara dengan Anezka? Aku mengganggu?"

Mereka berjengit kaget dan gemetar, "Ti-tidak, Yang Mulia. K-kami permisi."

Aku melihat mereka kabur dengan satu kesadaran baru. Junda adalah aktor yang hebat.

Kalau tebakanku benar,

Satu, dia menangani ketegangan di pesta pamannya tanpa mengacaukan pesta. Meskipun aku sedikit tidak rela duo vertikal itu lolos begitu saja.

Dua, dia memanfaatkan atensi yang sudah terkumpul untuk mencoba membersihkan nama kami sekaligus. Perilakunya jelas menunjukkan kalau dia dan aku tidak dalam hubungan yang buruk. Yang mana itu tidak sesuai dengan rumor tentang Junda, aku, dan Inara.

Haha, boleh juga.

Mengikuti duo vertikal itu, kerumunan mulai bubar. Terlebih ketika Junda menatap mereka.

Aku merasakan kelegaanku. Kemudian aku beralih pada Inara yang sudah tampak tenang.

"La-hpph!" Aku mendelik ketika sesendok besar taart masuk ke mulutku. Cowok tengil itu malah tersenyum manis tanpa dosa.

Cupid For The Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang