-17- Fakta

7.8K 1.3K 23
                                    

Aku tidak bisa tidur semalaman. Apalagi alasannya kalau bukan perkataan Navkha.

1. Navkha diincar oleh bangsa elf.

Dia tidak mengatakan kenapa. Yang jelas dia ada di sana karena bersembunyi. Walaupun dia sudah berjanji akan melindungiku, aku tidak bisa tidak khawatir.

Apa dia seorang buron? Kriminal? Novel itu tidak menceritakan banyak selain dia adalah elf petarung. Apa karena itu dia punya banyak musuh? Jika itu case nya, maka dia bisa saja berada pada sisi yang benar.

Aku tidak ingin berpikir buruk tentangnya. Dia memperlakukanku dengan baik. Dia juga sopan. Dia menawarkan bantuan padaku. Dan pada Inara.

Dan dia terlihat kesepian.

Benar juga, hidup dalam persembunyian, dia pasti tidak memiliki teman di sana. Pantas saja dia tidak mau melepaskanku dan Inara.

Tapi,

2. Dia jelas menyebutkan ketika terancam dia bisa berlari ke dunia manusia.
Apa itu berarti elf lain tidak bisa? Kalau itu benar aku bisa paham kenapa dia memilih lokasi dekat gerbang alam sebagai tempat persembunyiannya. Tapi itu berarti, ada alasan kenapa Navkha bisa melewati gerbang sementara yang lain tidak. Apa itu?

3. Bagaimana telinganya bisa berubah.

"Nona, kita sudah sampai."

Aku melongok keluar jendela melihat gedung perpustakaan.

Mari kita fokus belajar dulu.

Aku keluar dan mengecek jam sakuku sebelum melangkah. Sepertinya Lovist akan marah besar karena aku terlambat selama ini.

Kakiku melangkah lebih pelan ketika melihat meja di mana kami biasa belajar.

Senyumku terbit melihat Lovist yang sedang bercakap-cakap dengan seseorang sambil sesekali tersenyum. Siapa lagi yang bisa membuat Lovist tersenyum seperti itu kalau bukan Inara.

Apa dia sudah mengajaknya? Mereka tidak terlihat malu-malu. Aku senang mereka terlihat akrab.

Aku berniat membiarkan mereka dulu tapi sepertinya Inara menangkap kehadiranku.

Gadis manis itu tersenyum lebar dan melambai ke arahku. Sementara Lovist kehilangan senyumnya.

Ohoo... Aku mengganggunya ternyata.

"Lady Anezka!" panggil Inara dengan ramah.

Aku berjalan mendekat dengan senyum melekat. "Selamat pagi." sapaku pada mereka. "sepertinya aku mengganggu sesuatu." sindirku pada Lovist yang menatapku tajam.

Inara menggeleng. "Tidak sama sekali. Kami senang Lady datang."

Itu hanya kamu, Inara. Kau harus melihat wajah di depanmu.

"Saya khawatir tadi karena melihat Tuan Lovist duduk sendirian. Jadi saya bertanya di mana Lady Anezka." jelas Inara ketika aku telah duduk di kursiku.

"Tampaknya seseorang butuh tidur lebih lama."

Aku meringis mendengar Lovist. Dia bahkan tidak berusaha menyembunyikan kekesalannya.

Hei, bukankah ini terlalu mendiskriminasi? Dia tersenyum dengan manis tadi.

"Sepertinya memang begitu." jawabku yang dibalas dengan tatapan tajam Lovist.

"Saya sudah mendengarnya dari Tuan Lovist, Lady Anezka. Tentu saja kami akan dengan senang hati menemani Lady Anezka di pesta Ernest."

Jadi Lovist sudah mengajaknya ternyata. Kalau begitu aku bisa mengkonfirmasi kalau Junda tidak mengajak Inara. Syukurlah.

Cupid For The Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang