-16- Perjanjian (2)

7.6K 1.4K 38
                                    

Navkha menatapku dengan senyum yang aneh. "Seperti ini." Dia kemudian menarik kelingking kami yang masih bertautan, membuat bahu dan kepalaku tertarik ke depan. Aku membelalak ketika melihat wajah Navkha yang dekat, dan semakin dekat.

Tuk.

Dahinya menyentuh dahiku.

"Nah, seperti ini." katanya dengan tersenyum senang.

Aku merasakan dahiku menghangat di tengah-tengah kepanikanku.

"HUWAAA!!!" aku buru-buru menarik kepalaku.

Sementara Navkha tertawa terbahak-bahak di depanku.

"Kenapa kau melakukan itu?!" tanyaku dengan berteriak.

"Kau harus bawa kaca lain kali. Reaksimu lucu sekali!" Navkha menyeka matanya setelah tawanya reda. "Begitulah agar perjanjian ini aktif. Sekarang kau sudah tidak bisa mengatakan apapun tentang kami meskipun kau ingin."

Aku mendecih. "Kalian benar-benar harus mengganti cara kalian berjanji."

Navkha terkekeh lagi. "Dan kau harus berhenti bicara formal padaku."

Aku meliriknya bingung tapi akhirnya aku berkata, "Wew itu melegakan." akhirnya aku bisa berbicara dengan nyaman.

Aku meluruskan kakiku dan menyangga badanku dengan tanganku. Di sini tenang. Angin berhembus lembut dengan nyaman. Mungkin ini tidak buruk juga, aku bisa menenangkan pikiranku di sini.

Navkha bergerak ke belakangku dan aku merasakan tudung jubahku terbuka. Dia serius ketika bilang ingin meminjam rambutku ternyata. Aku merasakan jarinya mulai memainkan rambutku di belakang. Rasanya tidak buruk.

"Kenapa kau tidak mencariku?" aku mendengar Navkha bertanya lirih dari belakang. "Kau bilang akan menemuiku lagi tapi kau tak pernah datang."

Apa-apaan itu. Dia terdengar seperti orang yang menunggu.

"Karena aku bukan Bang Thoyib yang tak pulang-pulang karena mencari Navkha" jawabku asal.

"Apa?"

"Kubilang aku akan mencarimu kalau aku membutuhkan bantuanmu." jawabku. Aku kemudian sedikit menoleh ke belakang. "Bukankah kau yang harus menjelaskan sesuatu padaku?" todongku pada Navkha.

Navkha tampak sedikit kaget. Dia menghindari tatapanku.

"Bagaimana kau bisa ada di festival? Bagaimana telingamu—"

"Sudah kubilang, karena kau tidak mencariku." Dia memotong pertanyaanku seakan menghindar ketika aku menyebutkan telinga. Apa aku belum bisa mengetahuinya?

"Kau tidak mungkin datang ke festival itu hanya karena aku tidak mencarimu kan? Kau bahkan tidak tahu apa aku akan datang ke sana atau tidak."

"Ehm, yah, sebenarnya, aku ke sana karena mengikuti si rambut pink itu. Dia bilang akan ke festival ketika berpamitan denganku."

Jadi begitu rupanya. Navkha sepertinya sudah membuat janji dengan Inara dan mereka sudah bertemu beberapa kali. Kalau begitu mungkin aku bisa mengasumsikan kalau perjanjian yang mereka buat sama seperti dalam novel.

Dan Navkha ke festival itu karena mengikuti Inara. Jadi mungkin aku juga bisa berasumsi kalau ketertarikannya juga muncul seperti dalam novel.

"Nah, kau sudah melakukan perjanjian dengannya tampaknya. Kalau begitu kenapa aku juga harus—"

"Aku suka punya banyak teman." Potong Navkha dengan lirih. Sekilas aku melihat tatapan sendu di matanya.

Apa ini? Dia, hanya ingin teman?

Cupid For The Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang