"Yang bener manahnya! Liat objek lo!" gertak Gema membuat anak kelas 10 yang baru masuk gemetaran.
Gema dengan tidak berdosanya terus mengipasi Gre dengan buku. Tadi Gre sudah latihan, namun Gema dengan alaynya bilang bahwa Gre tak kuat dan menyuruh Gre berisitirahat di bawah pohon pinggir lapangan.
"Yang telat! Push-up 20 kali, Anissa awasin!" titah Gema masih asik mengipasi wajah Gre.
"Gema udah ih! Aku mau latihan lagi aku gak papa!" protes Gre membuat Gema mengerucutkan bibir sebal.
"Enggak yang! Gak mau, kamu kalo pingsan gimana?" bantah Gema. Gre mendengus sebal mendengarnya dan meraih botol minumnya kasar.
"Kamu aja kalo gitu, aku malu!" ringis Gre yang tak buta bahwa banyak cewek memandangnya sinis.
"Mana yang yang panas? Sini aku kipasin lagi," menghiraukan ucapan Gre, Gema kembali menggerak-gerakkan bukunya agar dapat membuat angin untuk wajah pacar tercintanya itu.
"GEMAAAA!" Gema menutup telinganya mendengar teriakan menggelegar itu.
Pak Septyo Rahadi, pembina eskul panah sekaligus guru olahraga kelas 12 itu menatap tajam Gema.
Gema berdiri lalu membantu Gre berdiri ... Gre langsung berlari menjauh dari Gema dan mengambil alat panahnya, ia malu.
"Yang! Awas jangan panas-panasan!" teriak Gema semakin membuat Gre memerah.
Pak Septyo mendekat ke arah Gema sembari berdecak. "Heleh! Mana anak kelas 11 itu? Mau-mau aja pacaran sama kamu!" tukas Pak Septyo membuat Gema meringis.
"Sama saya sih pasti mau Pak, mau sama Bapak yang patut diragukan," celetuk Gema membuat Pak Septyo menatap Gema tajam.
Pak Septyo gak baperan, yang baperan tuh Bu Gendut. Itu guru yang waktu itu ngejar Gema. Namanya Bu Mawarina, dipanggil bu Ndut ... ya dibelakang sih, kalo di depan siap-siap suruh apalin unsur periodik.
Pak Septyo adalah guru paling care dan berteman dengan murid, guru paling langka namun sangat dicari. Pak Septyo sangat dekat dengan Gema, bisa di bilang Gema adalah anak emas Septyo.
"Saya heran kenapa semua sistematis eskul bisa jalan padahal ketuanya nyeleneh! Kalo aja ada yang gak jalan saya bisa langsung depak kamu," ejek Pak Septyo membuat Gema tertawa.
"Sayakan punya banyak karyawan Pak, itu pak si Jenio ... dia yang jalanin, saya tinggal ngasih perintah. Saya juga gak tau gimana bisa nurut banget dia." Gema tertawa, iya juga ... pake pelet apa sampai si Jenio sangat nurut?
"Kamu turun jabatan semester dua!" tegas Pak Septyo membuat Gema mendengus.
"Saya emang waktunya pensiun segitu Pak!" tukas Gema. Pak Septyo terkekeh. "Kamu baperan Gem semenjak jadian sama Gre," goda Pak Septyo membuat Gema meringis uring-uringan.
"Bapak saya lawan guru, gak saya lawan greget," ungkap Gema jujur membuat Pak Septyo tertawa.
"Nilai sikap kamu Z," ujar Pak Septyo membuat Gema memutar bola mata malas.
"Kenapa gue pinter di olahraga sih? Ditempelin orang kaya Pak Septyo adalah bencana," rutuknya lalu mengikuti langkah Pak Septyo.
"Oh iya Gema, minggu depan kamu olimpiade sama Jenio," ujar Pak Sep yang diangguki Gema. "Iya Pak."
"Udah sampe mana persiapannya?" tanya Pak Septyo masih terus berjalan melihat-lihat murid yang tengah berlatih.
"Lebih nyari-nyari kelemahan, sama ningkatin latihan aja sih Pak," ujar Gema. Pak Septyo mengangguk-angguk. "Saya yakin kamu menang lagi, nanti walau kamu udah keluar dari sekolah ini saya dampingin kamu daftar PON," ujar Pak Septyo membuat Gema tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Boy✅[LENGKAP]
Teen Fiction[cover by : Diitsme] "Hai gue Gema Langit. Hobi gue? Bucin sama Gresea, manah hati Gresea. Intinya hobi gue mencintai Gresea sepenuhnya. Cuma itu ... kurangnya buat lo, lebihnya buat gue." Punya pacar sangat bucin adalah suatu kebahagiaan, seperti G...