7🐄

2.5K 187 19
                                    

"Kita jalan yuk yang ... lumayan malem minggu," ajak Gema membuat Gre tersenyum dan mengangguk. Mereka baru saja menyelesaikan latihan panah, lagi-lagi hari sudah malam.

"Mau minta sumbangan lagi gak?" tawar Gema sembari terkekeh. Gre ikut terkekeh, bagaimana bisa para cewek itu mau-mau saja memberi uang dalam jumlah banyak untuk Gema. Gre merutuk, ia-pun rela membayarkan uang kas Gema.

"Olimpiadenya kapan sih yang?" tanya Gre sembari membuka air minum, ia lalu menyodorkannya pada Gema.

Gema tersenyum dan mengambil air minum itu. "Besok," balas Gema membuat Gre menyerngit.

"Kok kalian gak ada latihan signifikan sih padahal udah deket," protes Gre.

Gema mengerucutkan bibirnya. "Udah dari 6 bulan lalu aku disipain buat ini yang ... makanya pas deket-deket gak terlalu digembleng, biar gak sakit," papar Gema membuat Gre mengangguk-angguk.

"Besok aku ikut? Emang dibolehin?" tanya Gre sembari merapikan tatanan rambut Gema.

"Bo-"

"Kak Gema!"

Gema mendengus, pasti ada saja yang mengganggu acaranya dengan Gre. Gema menoleh dengan tajam ke arah suara cempreng yang memanggilnya. Ternyata adik kelasnya, Vanilla.

"Apa?" sentak Gema.

"Kak Gema aku nebeng dong," pinta Vanilla membuat Gre ketar-ketir. Masa iya sih mereka mau jalan malah diganggu kutu kupret macam Vanilla.

"Gue sih NO!" tolak Gema membust Vanilla menatap mereka berdua sendu.

"Aku-kan anggota panah Kak ... terus Kakak mau gitu nelatarin anggotanya?" desak Vanilla semakin membuat Gre ketar-ketir.

"Bole-"

"Kenapa enggak? Gue cuma ketua eskul panah ... bukan suami lo, suka-suka gue mau nelantarin lo atau enggak," sela Gema memotong ucapan Gre.

Gre menghela nafas ... syukurlah Gema menolaknya. Tanpa sadar Gre tersenyum, ia makin suka dengan Gema.

"Udah sana pulang! Lo ada duit buat bayar go-jekkan? Kalo gak ada juga lo jalan kaki aja gue gak mau ngasih duit soalnya," ujar Gema semakin membuat Vanilla mengerucut sebal.

"Ati-ati dek," ujar Gre saat Vanilla berjalan pergi.

----

"Gema kita mau kemana?" tanya Gre karena iapun tak tahu akan Gema bawa kemana.

"Yang kamu mau warteg atau restoran bintang 5?" tawar Gema.

"Aku dimana aja," cicit Gre padahal dirinya sangat ingin memilih restoran bintang 5. Tentu saja, siapa yang mau memilih warteg dibanding bintang 5? Walau sama-sama enak, namun Gre kurang suka masakan Indonesia.

Kalau ia pilih restoran bintang 5, yang ada Gema nanti bilang ia terlalu matre.

"Kita ke warung bakso kalo gitu," ujar Gema membuat Gre menyerngit.

"Aku suka orang aneh," bisik Gre sembari menatap Gema yang asik tertawa.

Gre menyerngit, kenapa warung bakso lama sekali sampainya?

"Kok lama sih yang?" tanya Gre.

"Aku mau beli baksonya di depan kota tua," celetuk Gema membuat Gre tertawa.

"Pantes lama!" seru Gre yang belum bisa meredakan tawanya. "Ahahaha ... bentar lagi kok ini," ujar Gema yang hanya Gre angguki.

"Entah kenapa aku bisa suka sama kamu ... cowok berandal yang hobinya ngerjain Bu Mawar, usilin anak orang, ceplas-ceplos." Gre menjeda, sedikit gugup. "Tapi ganteng."

Bucin Boy✅[LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang