"Jen, Gema oke?" bisik Vifto saat tak biasanya Gema menyambangi tempat komunitas panahnya ini setelah beberapa kali hiatus.
Jenio mengedikkan bahu, tatapannya ikut menatap Gema yang berlatih panas-panasan seolah melampiaskan semua kemarahannya, ia lantas menatap Vifto yang juga menatapnya. "Ngamuk ke busur sama panah kali Bang, gue cuma diajak."
"Iyalah! Lo pasti ngikut," sahut Vifto dengan sedikit kekehan.
Lapangan outdoor kota kini menjadi tempat latihan komunitas panah yang cukup terkenal di Jakarta ini.
"Lo tau gak? Gue niatnya nanti malem mau ke rumah dia, gue udah nyiapin dia buat go ke lomba yang seminggu lagi diadain. Kira-kira gue harus keluarin dua juta buat bujuk dia."
Jenio tertawa, "kenapa ya orang bertalenta harus bersifat kaya Gema?"
Bukan Vifto tak hebat, ia sama hebatnya dengan Gema. Namun umurnya sudah kadaluarsa untuk perlombaan tingkat nasional yang diadakan di Surabaya tersebut.
"Gue harap galaunya bisa bantu-bantu dikit ke gue."
"Pasti, after this dia bakal butuh banyak pelampiasan, gue denger mereka break."Mendengar penjelasan Jenio, tentu saja Vifto sumringah. Ia tersenyum manis kembali menatap Gema yang bertempur melawan marahnya lewat media busur dan panah. "Ada untungnya juga dia selingkuh, dua jutanya bisa gue kasih sebagai hadiah aja."
Jenio dan Vifto sontak terbahak, bagi mereka Gema adalah laki-laki terbodoh karena hanya kesepian satu minggu membuatnya berpaling. Walau Jenio atau Vifto sadari bahwa bukan hanya satu minggu ada kejadian-kejadian yang membuat Gema semakin jatuh khilaf pada Vanilla.
"Lo tau Jen? Gema gak sepenuhnya salah. Gue sebagai cowok kalau di posisi Gema ngerasa Gresea juga salah ... dia nyiptain ruang terbuka bu-"
"Lo ngomong gitu karena gak tahu Gresea sering gak ada waktu buat Gema itu karena dia kena gagal ginjal! Gue juga dulu berpikiran brengsek kaya lo. Tapi setelah tau ya gue cuma bisa bingung."
Vifto menegang, ia menatap Jenio yang baru saja menjelaskan fakta menghebohkan.
"Gema tau?" tanya Vifto saat berhasil memulihkan kesadarannya. Baginya Gema dan Gresea adalah kisah paling bodoh.
Jenio menggeleng semakin membuat Vifto sorak, "drama banget-"
"Lo harusnya ngehargai privasi dia! Asal ngomong aja!" sela Jenio membuat Jenio terkekeh dan mengacungkan dua jarinya bertanda maaf. "Iya sih, gue sekarang mikir kalo si Gre mungkin insecure sama takut kalo Gema bakal ninggalin dia makanya dia gak bilang dia ada gagal ginjal."
Jenio mengangguk, kini tatapan keduanya sudah kembali menatap Gema yang menghampiri mereka.
"Bang duit!"
Dengan seenak jidat, Gema duduk di samping Vifto mengangkat satu kakinya ke atas kursi tribun tersebut dan menengadahkan tangannya khas memalak seseorang.
Vifto mendengus malas namun tetap mengeluarkan dompetnya, "syaratnya seminggu lagi lo harus mau lomba ke Surabaya, di bilang nasional karena tiga kota yang berpartisipasi, Bandung, Tanggerang, Jakarta and Surabaya."
Gema mendengus malas saat Vifto menggantung uangnya, ia menaruh minuman elektrolik yang ia minum dan dengan kasar menyambar uang ratusan berjumlah sepuluh lembar itu dengan sumringah.
"Gue cuma tanding dua kali ... seminggu latihan cukuplah, kalo gak juara satu ya runner up," ujar Gema dengan sombongnya seolah yakin ia akan menang.
"Gak ada juara dua! Juaranya cuma sampe satu. Satu atau gak sama sekali!" kecam Vifto tajam membuat Gema mendengus malas.
"Yayayaa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Boy✅[LENGKAP]
Teen Fiction[cover by : Diitsme] "Hai gue Gema Langit. Hobi gue? Bucin sama Gresea, manah hati Gresea. Intinya hobi gue mencintai Gresea sepenuhnya. Cuma itu ... kurangnya buat lo, lebihnya buat gue." Punya pacar sangat bucin adalah suatu kebahagiaan, seperti G...