"Lo kenapaa?" tanya Gema dengan nada panik saat menemukan Vanilla meringkuk dengan keadaan mengigil. Gema langsung melepas jaketnya dan memberinya pada Vanilla.
"A-ada kecoa di kamar aku,"sahut Vani sembari menatap Gema takut-takut.
Brak ....
Gema membanting ponsel di tangannya membuat Vanilla semakin beringsut.
"Lo! Bodoh tau gak! Lo gak penting! Bisa-bisanya lo nelfon gue cuma karena kecoa? Lo kira gue pembasmi hama?" bentak Gema dengan urat-urat wajah yang sudah keluar.
"Kak ... pending dulu marahnya, please. Buang kecoanya dulu," lirih Vanilla semakin membuat Gema naik pitam.
Dirampasnya jaket yang ia gunakan untuk menutupi tubuh sok mengigil Vanilla lalu ia pergi meninggalkan rumah Vanilla.
"Kak Gemaa! Kak Gema lupa siapa yang ngasih kenyamanan? Kembalii Kak! Kak!"
Gema menghiraukan itu semua ... menutup matanya. Namun rasa bersalah itu kembali hadir ketika mengingat bahwa Vanilla-lah yang memberinya rasa nyaman.
Gema mendengus, lalu memilih menjalankan mobilnya ke rumahnya. Ia memilih menghubungi Jenio agar menemaninya.
----
"Nih Kak Vifto terus nerror suruh lo aktif lagi ... gue yakin sih ini ada hubungannya sama lomba panah yang diadain sama komunitas," papar Jenio sembari menunjukkan WAnya.
Gema mengedikkan bahu. "Gue males panahan lagi ... gue mau ganti ke renang kayanya seru, atau surving?"
"Dikira hobi barang elektronik apa yang bisa tuker tambah," sahut Jenio membuat Gema tertawa.
"Buktinya gue bisa."
"Lo lagi agak retak ya sama Gresea?" tanya Jenio hati-hati membuat Gema menoleh sembari mengangkat alisnya.
"Bentar-benar ... gue sama Gre gak ngerasa pernah satu frame," lawak Gema yang membuatnya terbahak sendiri. Jenio memukul mulut Gema kencang. "Bad Attitude Control Of Tongue."
"Ashh sakit Jeni!" protes Gema sembari memegang bibir seksinya.
"Sulam bibir dimana?" ejek Jenio saat melihat bibir yang sok dimajukan seksi.
Gema mendengus. "Lo mau gue rekomendasiin? Kebetulan gue ada beberapa kali sulam dan hasilnya sebagus itu."
Gema kembali terbahak karena berhasil menggoda Jenio.
"Gue nanya serius! Lo lagi ada masalah sama Gresea?"
Gema menghembuskan nafas, "kalo gue bilang gak ada? Lo percaya? Gini yaa Jen ... gue cinta mati sama dia, dapetinnya kaya nyari berlian rubi di pinggir kali aja."
Jenio tertawa. "Semoga lo emang setia," ujar Jenio sembari memakan kuaci yang disuguhkan.
"Telfon Anissa, seru nih bikin dia nangis," usil Gema membuat Jenio menatapnya jengah. "Iya lo gak diancem-ancem! Lha gue? Setiap lo berulah dia selalu bilang 'kalo temen kamu berulah lagi! Kita putus' sepupu lo tu-"
"OHH JADI KAMUU SERING GHIBAHIN AKU KE DIA? DIA RIVAL AKU BII! KAMU NYAKITIN AKU TAU GAK!" jerit Gre hiperbola dan langsung berlari seperti di film-film membuat Gema memutar bola mata jengah.
"Eh lo diem disini! Itung sampe 10!" titah Gema saat Jenio akan mengejar Nissa.
"Gila lo! Gak! Yang ada pacar gue ma-"
"Itung aja! Buruan," sahut Gema santai sembari membuka kulit kuaci dengan mulutnya.
"1."
Jenio memang sahabatnya paling bodoh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Boy✅[LENGKAP]
Teen Fiction[cover by : Diitsme] "Hai gue Gema Langit. Hobi gue? Bucin sama Gresea, manah hati Gresea. Intinya hobi gue mencintai Gresea sepenuhnya. Cuma itu ... kurangnya buat lo, lebihnya buat gue." Punya pacar sangat bucin adalah suatu kebahagiaan, seperti G...