25🐄

1.5K 120 18
                                    

Kemarin Gresea sudah diijinkan pulang, bahkan hari ini Gresea sudah bisa sekolah. Memang dasarnya Grssea bandel ia malah berpikir bahwa dokternya saja yang melebih-lebihkan, kondisinya tidak semengkhawatirkan itu.

"Misii Kak ... kalo kak Gemanya kemana ya?"
"Oh tadi gue denger mereka mau check alat-alat panah."

Mereka? Oh mungkin Gema dan Anissa. Merekakan sekelas sedangkan dengan Jenio tidak, Gresea sekarang berada di kelas Gema. Namun yang ia lihat hanya tasnya.

Gresea hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. "Makasi ya Kak."

Kakak kelas itu hanya mengangguk, ia kembali memainkan handphone sedangkan Gresea memilih berjalan keluar ... ia akan ke ruang eskul panah kalau begitu.

----

Tok tok tok.

Gresea mengetuk pintu yang memang sudah terbuka untuk menyadarkan ketiga orang yang asik dengan pekerjaannya masing-masing. Anissa yang duduk di sofa dengan buku-buku jurnal keuangan, Gema yang sibuk melihat-luhat busur dan Jenio yang asik memegang-megang ujung runcing panah.

"Eh Gre, sinii gabung sama gue."

Gema yang hendak membuka mulut tertelan karena suara Anissa yang cempreng mendahuluinya.

"Yang? Kok udah sekolah?" Gema memilih berdiri menghampiri Gresea yang menurut untuk duduk di sofa samping Anissa.

Diam-diam Anissa dan Jenio saling pandang, ia merasa miris sekaligus kasihan dengan Gresea.

"Gema jangan lebay dong, aku cuma kurang cairan doang kok," sahut Gre memilih menatap jurnal-jurnal milih Anissa.

Gema hanya mendengus, ia.mengacak rambut Gresea membuat Gresea menatap Gema. "Aku cuma khawatir, kamu lupa ya? Kamu milikku paling berharga."

"Hueek, gak tahan bau-bau gombal basi." Anissa berekpresi seperti orang muntah mendengar ucapan Gema. Ayolah, Anissa adalah musuh terbesar Gema.

Gema memandang Jenio tajam, menyuruh untuk mengamankan pacar kurang vitamin A-nya itu.

"Bii, sini bantuin aku!" pinta Jenio dibalas helaan nafas malas. "Kamu! Nurut banget sama kutu rambut, parasit," maki Anissa tepat di depan muka Gema, walau begitu ia tetap berdiri dan berjalan kearah Jenio.

Gema hanya terkekeh dan menjulurkan lidah, Jenio akan selalu membelanya lebih dari apapun karena Gema juga selalu membelanya bahkan mati-matian.

"Yang minta peluuuk," rengek Gema manja, ia sudah beringsut dan memeluk Gresea. Gresea menegang, sebentar lagi pasti mukanya memerah. Ia memilih memiringkan tubuhnya dan memeluk Gema balik.

"Manjaa ... tapi aku suka," cicit Gre malu-malu. Ia menggelamkan wajahnya diceruk leher Gema.

Sementara Anissa sudah melongo menatap keduanya, tak lama ia berekpresi sebal dan menatap Jenio.

"Pelukk akuuu," rengek Anissa dibalas kekehan Jenio. Tanpa aba-aba Jenio langsung memeluk Anissa namun segera melepaskannya.

Beralih ke Gema, ia sudah tiduran di paha Gresea.

"Rindu banget yang manja-manjaan kaya gini."
"Samaa."

Gre memelankan suaranya saat menyahut, ia malu mengakui itu. Tangan Gre sudah aktif mengelus rambut Gema membuat Gema menutup matanya merasakan tangan Gre di rambutnya.

Tring.

Dengan sigap Gema duduk kembali membuat Gre menunjukkan mimik protes, Gema tidak pernah seperti ini ... saat bersama dengan Gre semua notifikasi tak Gema anggap penting.

Bucin Boy✅[LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang