38🐄

2.6K 162 4
                                    

Walaupuun semua tak mungkin lagi.
Hancur semua mimpiku ... denganmu.
Bahagialah bersamanya.
Menahan Rasa Sakit- Putri Delina.

"Gimana apelnya? Enak gak?" tanya Gema sembari mengelus surai lembut sedikit lepek karena terlalu lama tak menyentuh air. Gresea mengangguk, "manis."

Gema tersenyum, sedikit sesak dihatinya melihat tubuh pucat Gre ... penyalahan kembali ia lakukan, ia membenci dirinya yang brengsek dan terlalu membuang-buang Gresea selama ini. Tanpa sadar ia menghapus air matanya dan kembali tersenyum menatap Gresea yang fokus dengan apelnya.

"Kamu juga sama kaya apelnya Gre ... maniss."

Gre tersemu mendengar gombalan dari Gema itu, pipinya yang pucat sedikit memunculkan pigmen merah muda. Gema terkekeh melihat warna merona yang muncul di pipi Gresea, ia mengelus pipi itu lembut seakan tak mau menyakiti lagi.

"Beberapa jam lagi, kamu kemoterapi."

Gresea menyerngit, ia menggeleng tanda tak mengingingkan terapi-terapi menyakitkan dan melelahkan yang harus dirasakan tubuhnya. "Gak mau Gemaaa ... sakit banget."

Gema tak tahan, ia memeluk Gresea dan kembali menangis. "Kamu boleh libur dulu yaang," bisik Gema disela pelukan mereka. Bukan berarti Gema tak mau Gresea sembuh, hanya saja Gema tak mau Gresea tertekan ... kebahagiaan Gresea adalah hal yang harus ia prioritaskan sekarang.

"Hikss aku capekk Gema ... terapi, obat, terapi, obat! Capeeek! Aku mau normal Gem! Aku itu gak papa ... mereka semua bohong aku gak papa Gem."

Gresea meraung dipelukan Gema membuat pelukan Gema semakin erat. "Sutss iyaa kamu gak papa Gre ... tenang yaa sayaaang."

Gre menggeleng-geleng, ia terus menangis tak mau merasakan sakitnya lagi. "Hiks buktinya aku gak mati minum soda itu! Artinya aku gak papa."

Deg.

Gema sekarang yang kembali mengeluarkan air matanya saat Gre kembali menyinggung perihal soda, ia menutup matanya merasakan sakit yang menjalar dari hatinya. Perlahan ia melepas pelukannya dengan Gre, mengusap kasar air mata yang mengalir di pipinya.

Ia tersenyum, menatap Gre yang masih asik sesenggukan. "Heii sayaang, kamuu kuat ... bukan berarti mereka bohong, tapi kamu kuat, aku percaya ... kamu akan sembuh."

Gema berucap lirih, ia memegang bahu Gre sembari mengusap air mata gadis itu.

"Kamu mau lihat-lihat rumah sakitnya? Ke taman mungkin?" tawar Gema yang hanya dibalas anggukan oleh Gresea.

Gema tersenyum, setidaknya ia harus bisa menciptakan senyum di bibir Gresea. Oh iya, soal Jenio dan Anissa mereka sudah pulang, Gema yang memilih disini dan menitipkan surat izin pada gurunya. Ia tak akan mau meninggalkan Gresea.

Gema mengambil kursi roda yang berada di ujung ruangan dan membawanya ke depan brankar, ia membantu Gresea untuk duduk. Selanjutnya ia mendorong kursi rodanya keluar ruangan itu.

"Gre kamu lihat ... itu poster ibu hamil."

Gema menunjuk sebuah poster membuat Gresea mendengus malu sambil terkekeh. "Kenapa harus poster ibu hamil Gemaa?"

Gresea memprotes, ia sedikit terkekeh terlalu bahagia akhirnya moment seperti ini terulang ... bukan berarti ia sudah melupakan dan memaafkan namun ia hanya ingin sedikit menjeda kesakitannya.

"Kalau poster ajang pencarian bakat gak ada disini," sahut Gema bercanda membuat Gresea tertawa lepas. "Emm tapii aku lebih suka poster pertumbuhannya."

Gresea menunjuk poster di sebelah poster kehamilan yang berada di belakang karena Gema sudah mendorong kursi rodanya. Mendengar itu Gema menoleh dan tersenyum.

Bucin Boy✅[LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang