...
Happy reading:♡
"Menurut gue, lo cowok yang terlalu bodoh. Lo harusnya bisa pake alesan klasik buat nyakitin Gre lebih dalam. Lo bisa bilang sahabatan atau apa gitu."
Ucapan Anissa itu bukan membuat Gema makin tenang malah semakin membuat Gema uring-uringan. Ia membenci Anissa dan ucapan konyolnya.
"Lo bisa gak sih ngomong pake logika dikit aja!" sentak Gema membuat Anissa tertawa. "Emang lo pas mau mainin Gre pake logika ya?"
Jenio hanya terkekeh melihat Gema yang tak bisa berkutik. "Sebatlah."
Jenio menyerahkan puntung rokok pada Gema membuat Gema menghela nafas namun menerima sodoran rokok dan pematiknya itu.
"Hufttt." Gema menghembuskan asap-asap rokok itu dari dalam mulutnya. Ia menghela nafas dan menatap Jenio. "Lo gak mau ngasih pikiran terbuka gitu buat gue?"
Jenio terkekeh mendengar ucapan ngaur dari Gema, ia tahu Gema pasti sangat pusing. Karena tak biasanya Gema mengajaknya nongkrong larut malam seperti ini.
"Bii! Sehari satu puntung!"
Terdengar suara peringatan Anissa dan Jenio yang menurut patuh membuatnya terkekeh. Gre bukan tipe yang melarang seperti itu, Grenya berbeda ... ia terkesan membebaskan, bukan berarti Gre-nya tidak peduli! Hanya saja mungkin Gre tahu rokok dan remaja cowok adalah hal yang tabu sekarang ini.
Tring.
"Selingkuhannya tuh!" sindir Anissa yang enggan Gema tanggapi. Ia juga melihat Jenio yang tampak memperingat Anissa, ia memijat pelipisnya memilih melihat siapa yang mengirimnya pesan.
Xl-info.
Kaaak, rumahku mati lampu.Gema membelalak, ia berdiri dari duduknya menyambar barang-barangnya yang tergelatak di meja.
"Mau kemana lo?" tanya Jenio membuat Gema menghentikan langkahnya. "Rumah Vanilla mati lampu."
"Bentar Gem! Gue mau ngomong, parkiran aja."
Jenio ikut berdiri menyusul Gema, ia sudah menyamakan langkahnya dengan Gema. Gema hanya mengedikkan bahu memilih mengikuti langkah sahabatnya ini.
"Lo tahu gak? Gue bisa ngasih rasa yang lo rasain ke Vanilla pas lo down."
Jenio mulai berbicara membuat Gema menyerngit. Jenio bahkan dengan santainya duduk di kap kobil Gema.
"Gem! Waktu itu lo lagi down dan orang asing bisa jadi tempat cerita terbaik terlepas orang-orang yang punya posisi di hati lo saat itu gak ada buat dengerin semuanya." Jenio sedikit terkekeh, ia menonyor Gema yang sudah ikut duduk di sampingnya. "Vanilla cuma semu yang ruang ciptain buat lo, sayangnya lo terjerumus ke semu itu. Lo lupain bahwa ada banyak yang bisa kasih nyaman kaya Vanilla bahkan lebih."
"Emang ya Gem, orang bakal lebih bermakna saat orang itu sendiri gak ada."
Sekarang Gema mengerti, ia juga memang sudah menyadari tidak ada rasa apapun pada Vanilla, namun untuk melepaskan Vanilla rasanya sangat sulit.
Jenio menatap Gema, membuat Gema ikut menatapnya.
"Tapi gue gak mau kehilangan Vanilla."
"Iyaa, gue juga ngerasa gak mau kehilangan lo sebagai sahabat. Tempat mampir lo cuma gak tepat Gem, lo salah nyari tempat singgah. Gue! Sahabat lo, itu cuma tempat singgah yang lo juga gak mau ninggalin gue-kan?"Gema mengangguk mengiyakan. "Anissa ada benernya."
"Memang, suatu hari nanti kalo lo gak milih sekarang lo akan kehilangan rumah lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Boy✅[LENGKAP]
Teen Fiction[cover by : Diitsme] "Hai gue Gema Langit. Hobi gue? Bucin sama Gresea, manah hati Gresea. Intinya hobi gue mencintai Gresea sepenuhnya. Cuma itu ... kurangnya buat lo, lebihnya buat gue." Punya pacar sangat bucin adalah suatu kebahagiaan, seperti G...