"Aku ngerasa masih ada yang perlu dipertahanin Kak, rasa aku ke dia."
Gre tadi bercerita tentang hubungannya dengan Gema kepada Kakaknya. Mendengar semua itu, Gritt tentu menghakimi kaum pria. Apalagi, ia berpengalaman dengan hal seperti ini ... selamanya ia sangat membenci perselingkuhan.
"Yaudah kamu putus aja!"
"Gak segampang itu buat pergi, saat ada jutaan rasa yang tersimpan rapi."Gritt meringis, ia menatap Gre yang juga menatapnya ... Gre benar. Ia jadi memingat masa kebodohannya dengan mantan suaminya yang bahkan melihat mukanya saja Gritt muak! Demi tuhan dan demi apapun ia sangat membenci mantan suaminya. Melihatnya tersiksa tidak ia ijinkan melihat Raden dan melihatnya mengemis-ngemis permintaan maaf adalah kesenangannya sendiri. Katakan Gritt antagonis, memang iya ... ia tidak akan bodoh lagi!
"Aduhh, gara-gara kisah kamu ... Mbak jadi inget kisah Mbak sendiri. Mbak setuju sih, cinta membuat bodoh semua orang. Kamu juga harusnya setuju, atas nama rasa mengendalikan semuanya."
Gre mengangguk, "Gre gak mau kehilangan Gemaa." Tanpa sadar Gre mengusap kasar pipinya yang sudah dilinangi air mata. Ia amat mencintai Gema.
"Memang yaa, punya rasa itu kadang bahagiaa banget kadang sakit banget. Lepasin ajalah! Sebelum nyesel, kaya Mbak ... bodoh-bodohnya mertahanin sepihak akhirnya cuma sakit yang didapat. Semua oraang ya Gre, berending bahagia dalam hidupnya ... tapi kadang, orang-orang yang wujudinnya gak sesuai."
Bercerita di gazebo dengan suasana sore juga secangkir teh hijau, moment yang menurut Gresea manis dengan kisah pahit yang terlotar seakan tak sinkron. Gre mengamati Kakaknya itu berhenti mengoceh dan menyeruput teh hijauhnya.
"Kaya kamu yang hari ini maunya sama Gema, tapi apa daya tuhan mengendingkan kamu bahagia sama orang lain. Beberapa orang menyebut kisah kelam kalian sad ending, padahal kisah itu udah lama mati. Bahagia atau tidaknya kita diakhir nanti memang tergantung siapa yang kita jadikan rumah selamanya."
Gre mengangguk-angguk seolah paham membuat Gritt tersenyum cerah, memandang wajah adiknya yang seolah serius dan akan mengamalkan kata-kata puitis yang ia susun. "Aku gak paham."
Bugh.
Gritt meninju Gresea karena bukan itu jawaban yang ia harapkan. "Dasar bocah sontoloyo! Kamu tahu berapa jam mbak buat nyiapin kata-kata itu? Makin galau bukannya makin kalem malah makin usil!"
Sontak Gre tertawa, pemandangan Mbaknya yang bar-bar bertransformasi menjadi Mario Teguh atau Najwa Shihab adalah hal langka yang habitatnya muncul kembali.
"Lagiaan Mbak! Itu plagiat yaa kata-katanya?" tuduh Gre sembari menuding Gritt membuat Gritt memukul tangan Gre.
"Adikk si-"
"MAMAAA! Tadi Raden nemu kecebong, lucu-lucu ih Ma."
"RADEEEN JANGAN PEGAAAANG! JOROK YAA KAMU! MANDII RADEEEN!"
Teriakan melengking Ibunya tak Raden pedulikan, Raden malah tertawa dan memeletkan lidahnya mengejek kearah Ibunya. Gre ikut tertawa melihat interaksi Ibu dan anak itu. Diam-diam ia salut pada single parent sejuta aksi ini yang tegar berpura-pura bahagia di depan anaknya padahal tadi ia melihat Gritt sempat berkaca-kaca mengingat mantan kakak ipar Gre itu.
"Tanteeee Radeeen pinjem kamarnya buat sembunyi!"
Gre kembali tertawa saat Raden sambil terbirit sempat-sempatnya ijin kepadanya untuk meminjam kamar. Setelahnya Ibu dan anak itu kejar-kejaran dalam rumah.
"Hufttt."
Gre menghembuskan nafas, ia tidak ingin salah memilih dan berakhir sakit sampai harus ke psikolog seperti Kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Boy✅[LENGKAP]
Teen Fiction[cover by : Diitsme] "Hai gue Gema Langit. Hobi gue? Bucin sama Gresea, manah hati Gresea. Intinya hobi gue mencintai Gresea sepenuhnya. Cuma itu ... kurangnya buat lo, lebihnya buat gue." Punya pacar sangat bucin adalah suatu kebahagiaan, seperti G...